Beberapa waktu yang lalu, saya sempat diberi masukan oleh seorang rekan terkait video-video saya soal Ganjar Pranowo dan PDIP.

Dia bilang saya jangan terlalu ngegaslah.

Saya dianggap terlalu keras mengeritik PDIP yang tidak juga menyebutkan nama Ganjar sebagai Capres mereka.

Kata teman saya itu, kalau saya terus mempersoalkan sikap PDIP, Bu Mega bakal marah.

Dan kalau Bu Mega sampai marah, dia bakal ngambek, dan malah sama sekali batal mengajukan nama Ganjar.

Terus terang, saya sebenarnya tidak biasa dengan gaya semacam itu.

Masalahnya, buat saya, keengganan PDIP mengajukan nama Ganjar sama sekali tidak masuk di akal.

Survei-survei yang reliable sudah menunjukkan Ganjar paling tinggi tingkat elektabilitasnya.

PDIP sendiri seharusnya bangga memiliki kader sehebat Ganjar.

Dia pintar, bersih, soleh, berintegritas dan cakap memimpin.

Dia juga bisa dibilang pelanjut Jokowi terbaik.

Jadi, apa yang membuat PDIP ragu mengajukan nama Ganjar?

Satu-satunya alasan adalah karena Bu Mega masih bimbang, antara mengajukan kader terbaiknya atau putri kesayangannya.

Ini buat saya, sama sekali tidak masuk akal.

Tapi karena yang menyarankan saya untuk bersabar adalah teman yang bisa saya percaya, saya iyakan saja permintaannya.

Terutama karena dia kemudian bilang, pencalonan Ganjar sebenarnya tinggal menunggu waktu saja.

Kata dia, ini cuma soal mencari momentum.

Dan dia bilang, waktu yang tepat itu adalah 10 Januari 2023, hari ulangtahun PDIP ke-50.

Karena itulah saya kemudian berhenti mengangkat video tentang Ganjar dan PDIP.

Saya berharap cerita teman saya itu benar.

Saya menunggu dengan harap-harap cemas HUT PDIP.

Apalagi sebelum hari H tiba, tak kurang dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan pada HUT tahun ini akan ada kejutan besar.

Dan pada akhirnya kemarin ini, acara perayaan HUT PDIP ke-50 itu berlangsung.

Terwujudkah harapan itu?

Sama sekali tidak. NOL BESAR.

Pusat acara HUT itu adalah pidato Bu Mega.

Dan beliau ini sama sekali tidak menyebut – bahkan tidak sebuah indikasi apapun – tentang siapa yang akan dicalonkan sebagai Capres dari PDIP.

Padahal dalam aturan main internal PDIP pencalonan nama Capres adalah hak eksklusif Ketua PDIP.

Dan Bu Mega nampak sekali bahagia bisa memain-mainkan perasaan orang.

Dia bilang, dia tahu bahwa banyak hadirin yang memenuhi ruang itu datang karena mengira Bu Mega akan mengumumkan nama calon.

Padahal itu ‘terserah gue,” katanya.

Anyway, jadi pertama-tama saya merasa di PHP oleh PDIP.

Tapi yang lebih penting, dalam acara HUT itu, Ganjar seperti jadi penonton di pinggir lapangan saja.

Dimarjinalkan.

Saya memang tidak ada di acara itu, dan tidak juga menonton langsung siarannya.

Tapi, saya bisa merujujuk pada apa yang disampaikan Kompas.com

Redaksi Kompas menggambarkan bagaimana PDIP dan Bu Mega seperti tidak menganggap Ganjar penting.

Saya rujuk saja ya pemberitaan Kompas.

Judul tulisannya saja sudah membuat galau perasaan fans Ganjar.

Judul Kompas begini: “Redupnya Sinar Ganjar di HUT PDI-P, Tak Dihiraukan Megawati hingga Duduk Berimpitan dengan Kader Lain”.

Mengenaskan sekali kan?

Bayangkan “redupnya sinar Ganjar!”

Kompas tidak asal menulis judul.

Di dalam artikel itu digambarkan bahwa sosok Ganjar tak tersorot di acara HUT PDIP itu.

Dalam pidato satu setengah jam Bu Mega, nama Ganjar sama sekali tak disebut oleh Bu Mega

Bu Mega menyebut nama sejumlah kader PDIP, seperti Sekjen Hasto Kristiyanto, Menpan RB Abdullah Azwar Anas, Mensos Tri Rismaharini, hingga mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.

Bahkan, Megawati sempat menyinggung Tasdi, mantan Bupati Purbalingga yang dipecat PDI-P karena terjerat kasus korupsi pada pertengahan 2018 lalu.

Tapi tak satu kalipun nama Ganjar disebut.

Tidak satu kalipun!

Ganjar juga tak diperlakukan spesial sebagaimana elite-elite partai.

Dia tidak mendapat potongan tumpeng dari Megawati.

Dia juga tak duduk di barisan kursi tamu terdepan.

Ganjar duduk berimpitan dengan tamu lain, karena memang tidak ada kursi spesial buat Ganjar.

Kursi yang ditempati Ganjar juga bukan barisan terdepan.

Dalam salah satu bagian pidato, Bu Mega malah mengesankan bahwa yang akan maju nanti adalah … Bu Mega sendiri.

Memang kata-katanya bersayap.

Tapi sangat mengesankan bahwa dia sedang menunjuk dirinya sebagai presiden di masa depan.

Jadi dia mulai dengan kailmat: “”Ada pertanyaan, pemimpin masa depan yang Ibu harapkan itu seperti apa?”

Terus dia jawab sendiri: “Aih, aku bilang, kok lu nggak ngeliatin gue ya. Orang jelas-jelas ada. Aduh gawat!”

Saya tanya deh pada Anda: kalau Anda dengar pernyataan itu, tidakkah Bu Mega sedang menyatakan bahwa pemimpin masa depan yang ia harapkan adalah dirinya sendiri.

Karena itu, rasanya saya tidak lagi harus menahan diri untuk menulis tentang Ganjar dan PDIP.

Dari apa yang terjadi di HUT PDIP ke-50, nampaknya tipis harapan bahwa Bu Mega akan memajukan nama Ganjar sebagai Capres pada 2024.

Kita mungkin tak perlu lagi bertanya-tanya, kenapa?

Bu Mega tidak mau. Itu saja.

Saya juga sudah mendengar ada PHP baru.

Katanya, PDIP baru akan mengumumkan nama Capresnya pada Juni nanti.

Mungkin di Hari Kesaktian Pancasila, mungkin di hari lahir Soekarno.

Tapi rasanya kita akan terlalu lama menunggu.

Dan kebenaran harus terus diungkapkan.

Rasa-rasanya sudah hampir tak ada harapan PDIP mengajukan nama Ganjar Pranowo.

Kita terima saja itu sebagai kenyataan.

Ayo gunakan akal sehat.

Karena hanya dengan akal sehat, negara ini akan selamat