Cukup lama tidak ada isu yang dikomentari oleh Majelis Ulama Indonesia. Tapi belum lama ini MUI ikut mengomentari konroversi rencana pembuatan patung Soekarno.
Ada beberapa lokasi tempat patung Soekarno akan dibangun. Di Rumah Petruk, Yogyakarta, bahkan salah satu patung Soekarno telah selesai dibangun.
Ketua MUI Cholil Nafis mengkritik soal pembangunan patung Soekarno yang masif di banyak tempat.
Dia khawatir adanya pemborosan anggaran dan juga pengkultusan.
Sebenarnya Cholil tidak keberatan dengan pembangunan patung, karena itu seni dan ada faktor sejarahnya. Tapi dengan jumlah patung Soekarno yang banyak dan dengan biaya yang besar, dia menyebut itu pemborosan.
Tapi yang jadi tekanan Cholil adalah juga soal pengkultusan. Menurutnya, ada banyak pahlawan lain. Mestinya mereka tidak boleh dilupakan.
Pengkultusan yang dimaksud barangkali adalah menempatkan Soekarno lebih istimewa dari pahlawan kemerdekaan lainnya.
Patung Soekarno memang banyak dibangun di berbagai tempat. Salah satu yang fenomenal yakni rencana pembangunan patung Soekarno di Bandung Barat.
Anggaran cukup besar disiapkan guna membangun patung Soekarno di kawasan itu. Banyak orang yang protes dan menganggap itu tidak tepat.
Pendapat MUI sebenarnya hanya opini biasa. Tapi karena sejarah MUI yang dulu dibentuk Soeharto sebagai corong Orde Baru, kesan bahwa MUI memiliki otoritas itu masih berjalan sampai sekarang.
Bahkan dalam banyak kejadian, pendapat MUI seolah-olah dianggap adalah pendapat Islam. Dan yang lebih gila lagi, pendapat MUI dianggap sebagai pendapat negara.
Faktanya kan tidak begitu. MUI hanya ormas. Pendapatnya ya hanya opini biasa. Tidak ada beban hukumnya, baik hukum positif maupun hukum agama.
Dalam kasus keberatan MUI pada pembuatan patung Soekarno itu juga memiliki dampak yang sama. Bisa jadi pendapat MUI itu akan diplintir oleh kelompok kadrun untuk menyerang pemerintah, atau keluarga Soekarno.
Karena tanpa pendapat MUI sekalipun, mereka pasti mencari celah untuk mencegah patungisasi. Di beberapa daerah pernah ada kejadian patung dirobohkan karena itu dianggap berhala.
Betapa terbelakangnya cara berpikir orang-orang itu, yang bahkan tidak bisa membedakan patung sebagai karya seni dan patung yang disembah.
Soal patung Soekarno yang bakal dibangun di Bandung Barat itu memang bisa diperdebatkan. Karena urgensi dan wilayah patung tersebut tidak berkorelasi kuat dengan Soekarno.
Beda halnya jika patung raksasa itu dibangun di tempat Soekarno lahir, atau di wilayah basis pemilih PDIP seperti Jawa Tengah. Lokasi tersebut sangat relevan. Karena PDIP dianggap sebagai kelanjutan dari para pengikut Soekarno.
MUI mestinya tidak perlu ikut mengomentari banyak hal. Sebagai ormas keagamaan, fokus MUI pada hal-hal keagamaan saja. Itupun dengan cara bijak dan halus.
Pengkultusan patung Soekarno seperti tuduhan MUI itu jelas agak berlebihan. Karena di zaman internet ini tidak ada yang bisa ditutupi. Sumber referensi sejarah terbuka luas. Orang bisa melihat dan membaca apa saja.
Soekarno yang dipahami masyarakat adalah Soekarno sebagai seorang manusia. Ada baik dan buruknya secara bersama-sama. Oleh karena itu, sulit untuk membuat Soekarno kultus dan suci.
Semoga saja ke depan MUI tidak lagi mudah berkomentar dalam banyak hal. Karena MUI memang tidak punya otoritas itu. Tapi komentar MUI, entah itu secara personal atau mewakili lembaga, sering disalahpahami dan dianggap kultus.
Jadi bahaya mana antara pengkultusan patung Soekarno dan pengkultusan pendapat MUI?