Sudah jelas sinyal dari keluarga Presiden Jokowi. Capres pilihannya adalah Ganjar Pranowo. Hal itu terlihat dari video ajakan Gibran Rakabumi Raka, Walikota Solo dan Bobby Nasution, Walikota Medan, yang keduanya merupakan anak dan mantu Presiden Jokowi, untuk memilih Ganjar Pranowo pada pilpres 2024.
Sebelummya, Gibran juga tampak menempelkan stiker bergambar Jokowi dan Ganjar di rumah penduduk. Solidaritas itu dilakukan bukan hanya untuk mempromosikan Ganjar, tapi juga bacaleg muda PDIP.
Kabar dari keluarga Jokowi itu semakin menguatkan proses kembali naiknya elektabilitas Ganjar. Bahwa dukungan keluarga Jokowi pada Ganjar itu akan semakin menambah semangat pergerakan di bawah.
Kabar yang sebelumnya beredar, bahwa Jokowi mendukung Prabowo itu tidak benar. Prabowo hanya memanfaatkan nama Jokowi untuk mengeruk keuntungan.
Kabar itu memang dikuatkan oleh beberapa parpol yang katanya merapat dalam koalisi atas arahan Pak Lurah. Tapi kemudian Jokowi menyangkal itu dalam pidato yang disampaikan di Gedung DPR pada 16 Agustus lalu.
Mungkin saja ada nama yang sengaja mencatut nama Jokowi. Orang yang mendengar perintah Jokowi otomatis akan patuh. Karena bagi mereka Jokowo itu pemimpin kharismatik.
Tapi ketika pencatutan nama itu dibantah Jokowi, terang sudah, kabar yang beredar itu adalah propaganda timnya Prabowo. Faktanya tidak begitu.
PDIP terlihat semakin solid menjelang pilpres 2024. Hal itu dilakukan karena propaganda dari kubu Prabowo terus merajalela dan meresahkan. Prabowo memanfaatkan nama Jokowi dengan berlebihan. Bahkan kalau perlu, timnya harus mengarang narasi.
Nama Gibran juga sering diisukan akan jadi Bacawaparesnya Prabowo. Jokowi sudah membantah itu. Gibran belum cukup pengalaman, kata Jokowi.
Tapi tetap saja, propaganda bahwa Gibran adalah Bacawapres Prabowo terus dikumandangkan. Tujuannya untuk membuat pemilih bingung. Sekaligus untuk melancarkan aksi mendompleng nama keluarga Jokowi.
Loyalis Jokowi sangat besar. Itu tercermin dari kepuasan publik yang mencapai 80 persen lebih. Jika diambil setengah saja dari persentase itu adalah loyalis Jokowi, bisa dibayangkan besarnya angka itu.
Makanya narasi antitesis Jokowi tidak laku. Sebanyak 80 persen orang yang puas dengan Jokowi itu pasti lebih nyaman dengan calon yang akan meneruskan program Jokowi.
Saat ini Prabowo sudah ngos-ngosan. Elektabilitasnya mulai mentok. Dia juga sudah kehabisan narasi untuk mendompleng Jokowi. Lama-lama orang juga bosan jika melihat Prabowo sebagai pengekor. Kalo istilah Bro Uki di video Gagasan Uki, ngga genuine.
Mestinya sebagai capres, Prabowo juga punya rencana sendiri, selain melanjutkan program Jokowi. Kalau hanya melanjutkan saja, itu tugas Plt.
Dalam kondisi yang kurang menguntungkan itu, Prabowo terus berupaya membuat propagandanya berputar-putar. Isinya tentang mengkapitalisasi Jokowi dan keluarganya.
Selain itu, tim Prabowo juga getol mendekati orang-orang dari pendukung Jokowi yang punya pengaruh. Jika orang-orang itu bisa dibelokkan, akan ada banyak suara yang bisa ditarik.
Mereka juga diuntungkan dengan semakin kuatnya narasi, bahwa Prabowo adalah penerus Jokowi.
Sebenarnya sulit menerima narasi bahwa Prabowo adalah penerus Jokowi. Sebab terbukti, amanat yang dibebankan pada Prabowo berantakan semua.
Contohnya Food Estate. Bagian yang diserahkan untuk dikelola Prabowo gagal total. Pohon-pohon dibabat untuk ditanami singkong. Ternyata tanahnya tidak cocok. Akhirnya kebon singkong seluas 600 hektar itu dibiarkan begitu saja.
Begitu juga dengan balanja alutsista untuk memperkuat pertahanan. Bukannya fokus pada pesawat baru, Prabowo malah beli pesawat bekas. Ironisnya, dulu negara yang sama menawarkan pesawat itu secara gratis, tapi ditolak.
Prabowo juga gagal meningkatkan industri pertahanan. Karena semangatnya bukan membuat senjata sendiri, tapi impor sebanyak-banyaknya dari luar negeri.
Jokowi dan keluarganya tentu bukan orang bodoh. Mereka bisa menilai watak seseorang dari tugas yang dikerjakan. Seseorang yang melaksanakan tugas dengan baik pasti didukung. Tapi untuk orang yang sering abai dan gagal seperti Prabowo, mareka harus hati-hati.
Jangan sampai mereka salah memberikan dukungan dan mendapat malu kemudian.
Inilah makna dari dukungan keluarga Jokowi pada Ganjar Pranowo. Mereka tahu persis rekam jejak Ganjar saat memimpin Jawa Tengah. Maka mereka mengajak masyarakat di wilayahnya untuk juga mendukung Ganjar sebagai presiden. Jelas dan gamblang, tak perlu ditafsir-tasirkan lagi.