GANJAR DAN CAK IMIN BERTEMU, KOALISI PRABOWO TERANCAM BUBAR

Ada dua isu besar di waktu yang bersamaan, pertama pertemuan Ganjar dan Cak Imin. Kedua, Airlangga Hartarto digugat ke Dewan Etik Golkar. Dua kejadian ini saling bertalian. Dan jika tidak diantisipasi dengan baik, bisa jadi Prabowo gagal maju pilpres.

Dalam pertemuan Ganjar dan Cak Imin, ada simbolisasi berupa burung love bird berwarna merah-hijau. Gampangnya, itu adalah kode untuk pratai merah, PDIP dan partai hijau, PKB.

Love bird sendiri dipilih karena lambang kesetiaannya. Bisa jadi, pesan yang ingin disampaikan, apapun kesepakatan yang dibicarakan di sana, harapannya kedua belah pihak tetap setia sikapnya.

Kalau berkoalisi, ya bukan koalisi plin-plan. Kalau tidak berkoalisi, yang penting tidak saling berburuk sangka.

Pertemuan Ganjar dengan Cak Imin itu tentu saja adalah sebuah kode keras untuk Prabowo. Karena sebelumnya, Prabowo telah menerima masuk dua partai lain, yaitu Golkar dan PAN.

Padahal dalam pembicaraan sebelumnya sudah jelas, posisi PKB eksklusif. Tapi dengan masuknya dua partai lain, otomatis PKB sesak napas. Karena tanpa PKB pun, Prabowo bisa maju sebagai capres.

Cak imin tentu berhitung matang. Dia bukan politisi kemarin sore. Pengalamannya yang kaya telah membuatnya pandai bermanuver. Bukan tidak mungkin, langkah PKB meniru pilores 2014, saat berkoalisi dengan PDIP dan dikeroyok oleh GRINDRA dan rekan koalisinya yang gemuk.

Pertemuan Cak Imin dengan Ganjar tentu masih terlalu prematur jika disebut sebagai sikap politik PKB. Tapi tidak ada peristiwa besar yang tiba-tiba terjadi. Pasti ada permulaannya. Dan pertemuan dengan Ganjar itu adalah permulaan dari langkah baru.

Bisa jadi PKB tetap bersama Gerindra, tapi dengan kondisi sekarang, tentu PKB lebih diuntungkan jika mencoba opsi baru.

Kejadian kedua yang juga mengejutkan adalah, Airlangga Hartarto dilaporkan ke Dewan Etik Golkar. Karena menurut pelapor, keputusan Munas Golkar tidak dijalankan. Yaitu menunjuk Airlangga sebagai capres dari Golkar.

Tapi Airlangga malah mendukung Prabowo. Iti artinya, sebagai pelaksana amanat Munas, Airlangga tidak percaya dengan dirinya sendiri.

Sebagai partai besar, tentu memalukan jika Golkar hanya selalu jadi ekor. Alangkah gagahnya jika Golkar mengajukan calon sendiri. Kalah di lutaran pertama tidak masalah. Tapi perasaan kader Golkar tidak dikecewakan.

Bagaimanapun yang maju adalah kader mereka sendiri. Namun, ketika Airlangga malah mendukung Prabowo, jelas terlihat, Golkar miskin kader yang cemerlang.

Itu tentu fakta yang menyakitkan bagi kader Golkar di akar rumput. Rasa percaya diri mereka rontok sudah. Oleh sebab itu, Airlangga digugat ke Dewan Etik.

Hasil gugatan tentu terserah Dewan Etik Golkar. Bisa dikabulkan, bisa juga ditolak. Tapi seandainya dikabulkan, Airlangga dan Prabowo dalam masalah besar.

Misalnya kemudian Golkar menganulir dukungannya ke Prabowo, mereka memilih maju sendiri atau bergabung dengan calon lain dengan syarat kader mereka jadi bacawapres. Otomatis koalisi Prabowo bakal terguncang.

Dua kejadian itu jika terjadi secara bersamaan bisa membuat Prabowo bisa kesulitan mendapat tiket capres.

Bayangkan seandainya pertemuan Cak Imin dan Ganjar berlanjut dengan kesepakatan koalisi. Sementara Golkar juga membatalkan dukungan. Otomatis ambang batas suara partai dalam koalisi Prabowo tidak cukup.

Gerindra hanya punya 12,5 persen, sedangkan PAN 6,8 persen. Jika tidak ada partai gurem yang merapat, Prabowo tidak bisa maju.

Tapi Prabowo memang sudah berhitung dengan matang. Oleh sebab itu dia menjajaki dukungan dengan partai yang gak lolos ke Senayan. Agar jika terpaksa koalisinya kurang sedikit suara, partai kecil itu bisa menambalnya.

Pertemuan Ganjar dengan Cak Imin sekilas terlihat biasa saja. Tapi bagi Prabowo itu seperti tsunami raksasa. Pasti dalam waktu dekat Prabowo akam segera membuat manuver. Jangan sampai PKB lepas dari genggaman.

Namun, Prabowo harus mengkaji ulang dukungan dua partai yang baru saja masuk, Golkar dan PAN. Posisi mereka hatus mau sedikit di bawah PKB. Tapi itu juga tak mungkin mereka terima. Bagaimanapun, mereka bukan partai gurem.

Nasib Prabowo ditentukan oleh dinamikan politik selanjutnya. Berhasil mendamaikan rekan koalisinya, atau ditinggal lari tanpa kata-kata.

Komentar