Koalisi Perubahan benar-benar terancam bubar. Masing-masing partai koalisi memiliki calon sendiri yang didaulat akan mendampingi Anies. Partai Demokrat punya AHY. Sementara PKS punya Aher.
Sebelumnya juga ramai nama Yenny Wahid yang disebut bakal jadi cawapresnya Anies. Meskipun kemudiam banyak yang menyebut, kemungkinannya terwujud sangat kecil.
Kabar terbaru datang dari Andi Arief, Ketua Bappilu Partai Demokrat. Dia menduga, bahwa ada partai dalam Koalisi Perubahan yang sedang mendorong nama Surya Paloh sebagai Cawapresnya Anies. Bahkan nama surya Paloh sedang diuji dalam sebuah survei.
Dugaan paling dekat, jika kabar itu benar, partai tersebut kemungkinan adalah Nasdem. Karena dari tiga partai itu hanya Nasdem yang punya kepentingan dengan mengajukan nama Surya Paloh. Andi Arief sengaja tidak menyebut nama Nasdem karena itu butuh bukti akurat.
Tapi Andi Arief memang tidak menyebutkan, dari mana sumber dugaan tersebut. Jangan-jangan hanya kabar sumir tanpa sumber yang jelas.
Pernyataan Andi Arief itu memang mengejutkan. Apalagi ketika dia meminta Anies Baswedan memberikan penjelasan soal itu di Twitter.
Memang, Andi Arief masih menganggap masuknya nama Surya Paloh itu sebuah kewajaran. Karena Surya Paloh adalah ketua umum partai. Sama seperti posisi AHY yang juga ketua umum partai.
Namun karena Andi Arief meminta penjelasan dari Anies, besar kemungkinan kabar itu membuat Demokrat terpukul.
Artinya, Andi Arief minta penjelasan Anies hanya untuk meyakinkan Demokrat sebelum mereka mengambil langkah kejutan.
Bisa jadi, jika kabar itu benar, Demokrat akan angkat kaki dari Koalisi Perubahan.
Jadi bisa dipahami, pernyataan Andi Arief itu hanyalah wujud kekesalan Demokrat karena posisi mereka selama ini terus digantung.
Koalisi Perubahan memang berdiri di atas fondasi yang rapuh. Masing-masing partai memiliki ego yang besar dan tak mau mengalah. Koalisi tersebut dibangun dengan asas ketidak-sukaan pada Jokowi.
Meskipun saat itu Nasdem bisa dikecualikan. Karena posisi mereka yang ada di dalam koalisi pemerintahan. Kepentingan Nasdem dengan mengumpulkan partai oposisi adalah untuk meraih keuntungan taktis.
Jika Anies Baswedan unggul dalam kontestasi pilpres, maka Nasdem akan menjadi partai penting yang sangat berpengaruh.
Di awal penunjukkan Anies memang sempat ada harapan baik. Anies pernah melampaui Prabowo dan terus mengejar Ganjar. Tapi kabar baik itu hanya bertahan sebentar.
Saat Prabowo sadar dirinya tertinggal, buru-buru mereka membuat strategi baru. Prabowo terus menjual sosok Jokowi agar bisa merebut suara pendukungnya.
Cara itu efektif dan akhirnya membuat Prabowo melesat jauh dan bersaing keras dengan Ganjar di posisi pertama.
Fakta inilah yang mungkin membuat Nasdem cari akal. Harus ada cara agar Anies memiliki nilai jual lagi. Semua nama yang mau dipasangkan dengan Anies tidak cukup memuaskan. Bahkan sebagian calon dengan terang-terangan menolaknya.
Kabar masuknya nama Surya Paloh mungkin juga merupakan salah satu upaya Nasdem untuk mecari kemungkinan baru. Jika dalam survei tersebut ternyata Surya Paloh punya daya ungkit, itu tentu sebuah kabar gembira.
Tapi jika ternyata sama saja, setidaknya mereka sudah berupaya menghadirkan nama lain yang tidak mudah ditolak Demokrat.
Posisi Surya Paloh sama seperti AHY. Tidak ada alasan bagi Demokrat untuk keberatan. Toh Anies bukan kader Nasdem. Maka Surya Paloh juga memiliki hak untuk diajukan sebagai cawapres.
Meskipun alasan itu juga tak mencegah Demokrat untuk hengkang dari koalisi. Karena bagaimanapun, AHY adalah harga mati. Jika nama AHY dicoret, sudah pasti Demokrat punya alasan untuk pindah koalisi.
Kondisi koalisi Anies yang rapuh itu memang perlu keajaiban agar bisa terus bertahan. Begitu banyak ancaman yang bisa membuatnya bubar. Tapi sampai hari ini, belum ada alasan kuat yang menjamin Koalisi Perubahan akan berlanjut.