JOKOWI, PRESIDEN TERBAIK YANG DIFITNAH ANTI DEMOKRASI DAN ANAK PKI

Kemarin, tanggal 21 Juni, Pak Jokowi berulangtahun ke 62.

Walau terlambat, saya ingin mengucapkan selamat ulangtahun kepadanya.

Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur pada Allah bahwa Indonesia dianugerahi seorang Presiden sehebat Jokowi selama 9 tahun terakhir.

He is the best Indonesian President Ever.

Kali ini saya tidak ingin bicara tentang rangkaian keberhasilan dan pencapaian Jokowi.

Yang mungkin sama pentingnya adalah membicarakan begitu banyak fitnah dan tuduhan terhadapnya, yang selama ini dihadapinya dengan sikap sabar dan berlapang dada.

Ada berbagai serangan terhadap Jokowi.

Survei-survei yang ada sudah menunjukkan betapa besarnya dukungan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi.

Tapi pada saat yang sama, banyak pihak yang terus berusaha menggerus legitimasinya sebagai Presiden dengan berbagai tuduhan

Sebagian rasional, tapi tak sedikit yang ngawur.

Salah satu yang paling serius, dia dianggap sebagai presiden yang sebenarnya mengancam demokrasi.

Ada berbagai tuduhan dilontarkan padanya.

Salah satu yang paling epic adalah tuduhan bahwa ia sebenarnya ingin memperpanjang masa jabatan sehingga bisa terpilih sampai tiga kali dengan mengubah konstitusi.

Saya mengenal sejumlah kawan yang sangat kritis dan rasional yang sangat percaya bahwa Jokowi berada di belakang gerakan Jokowi 3 periode

Padahal tidak ada satu kalipun Jokowi mengatakan ia ingin maju kembali pada 2024.

Yang ingin agar Jokowi terpilih kembali sih banyak.

Tahun lalu, ada sejumlah politisi yang mengumandangkan ide ini.

Majalah Tempo edisi 6 Februari misalnya menulis bahwa ada orang-orang dekat Jokowi yang bergerilya dan melobby banyak kalangan untuk mendukung gagasan ini.

Tapi tidak jelas juga siapa yang dimaksud dengan orang-orang dekat Jokowi yang bergerilya itu.

Jokowi sendiri tidak pernah memberikan gesture bahwa ia mendukung, apalagi berada di belakang, gerakan itu.

Dia misalnya bilang bahwa gagasan perpanjangan masa jabatan bisa saja dilontarkan siapapun, karena itu adalah bagian dari demokrasi.

Namun dia juga menegaskan bahwa dia tidak berniat dan berminat untuk menjadi Presiden 3 periode.

Menurut Jokowi, dia taat konstitusi yang menetapkan bahwa masa jabatan Presiden adalah maksimal dua kali.

Jokowi menyatakan mereka yang mengusulkan rencana tiga periode itu menampar mukanya, ingin cari muka atau ingin menjerumuskannya.

Tapi toh banyak tokoh yang terus menuduh Jokowi melakukan langkah-langkah politik agar ia bisa terus memperpanjang masa jabatannya demi mengamankan kebijakan-kebijakan yang ia jalankan selama ini.

Sekarang terbukti gagasan perpanjangan masa jabatan presiden sama sekali tak berbentuk.

Lalu ada pula tuduhan bahwa Jokowi berada di belakang manuver Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Ini dimulai pada Maret 2021, ketika berlangsung Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang memutuskan Moeldoko sebagai ketua umum terpilih.

Ini dianggap sebagai bukti bahwa Jokowi ingin mengambilalih Demokrat.

Namun fakta di lapangan sama sekali tidak menunjukkan Jokowi berusaha melakukan langkah licik itu.

Pemerintah secara konsisten menolak upaya kubu Moeldoko agar DPP Demokrat hasil KLB mereka yang disahkan.

Sejak 2021, Kemenkumham sudah menolak mensahkan DPP Demokrat versi Moeldoko.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, PTUN dan Mahkamah Agung juga menolak gugatan kubu Moeldoko mengenai AD/ART dan susunan DPP Partai Demokrat yang diajukan kubu Moeldoko.

Jadi sebenarnya sudah terang benderang bahwa manuver kubu Moeldoko untuk menggoyang AHY gagal, dan kegagalan ini terjadi karena pemerintah sendiri menolak untuk mengesahkan hasil KLB yang dilakukan kubu Moeldoko.

Tuduhan bahwa Jokowi cawe-cawe berusaha menggembosi Partai Demokrat yang merupakan bagian dari koalisi perubahan yang berseberangan dengan Jokowi, sama sekali tidak berdasar.

Tapi toh cerita itu masih terus diulang-ulang.

Kemudian ada pula tuduhan bahwa Jokowi berada di belakang manuver untuk mengubah sistem pemilu proporsional terbuka menjadi tertutup.

Ini dimulai oleh gugatan ke Mahkamah Konstitusi tahun lalu.

Selama berbulan-bulan beredar kabar bahwa para hakim MK mendapat tekanan untuk mengikuti permintaan Jokowi pada 2024 agar pemilu dilakukan secara tertutup.

Beredar kabar bahwa delapan dari sembilan parpol di parlemen sebenarnya mendukung sistem terbuka.

Hanya satu partai yang mendukung sistem tertutup, yakni PDIP.

Jokowi sendiri di berbagai kesempatan menyatakan ia tidak memiliki preferensi karena kedua sistem itu memiliki keunggulan dan kelemahan.

Tapi toh terus menyebar narasi bahwa Jokowi berusaha menekan MK agar menerima sistem tertutup.

Sistem tertutup memang dianggap lebih menguntungkan partai besar yang sudah memiliki image dan branding yang menancap kuat di tengah masyarakat.

Apalagi kemudian muncul Denny Indrayana yang menyebarkan kabar bahwa sudah dipastikan, MK memutuskan pemilu akan dilakukan secara tertutup.

Ternyata sekarang cerita itu tak terbukti.

MK memutuskan bahwa pemilu tetap berlangsung terbuka.

Dan yang paling baru adalah tuduhan bahwa Jokowi ingin cawe-cawe dalam pemilihan presiden dengan tujuan menggagalkan Upaya Anies untuk maju menjadi calon presiden.

Berkembang narasi bahwa yang paling ditakutkan Jokowi adalah Anies.

Karena itu, Jokowi akan melakukan segala cara dan upaya untuk menyabot Anies.

Dia mengumpulkan para pimpinan parpol untuk mengarahkan strategi bersama untuk menyabot Anies.

Jokowi juga dituduh dengan sengaja mendanai lembaga-lembaga survei untuk mengarahkan opini public agar Anies selalu berada di posisi buncit dalam perlombaan menuju pilpres 2024.

Jokowi juga berusaha memecah Koalisi Perubahan yang terdiri dari Demokrat, PKS, dan Nasdem.

Jokowi bahkan dituduh dengan sengaja mengacak-acak Nasdem dengan menjadikan Johhny Plate sebagai tersangka korupsi 8T di Kominfo.

Jokowi juga dituduh dengan sengaja menjadikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebagai tersangka korupsi untuk tujuan menghabisi Nasdem yang mendukung Anies.

Sama sekali tak ada bukti yang mengindikasikan Jokowi memang terlibat dalam hal-hal yang dituduhkan itu.

Dalam kasus Plate misalnya, Kejaksaan justru sekarang memperluas dugaan korupsi sehingga mungkin sekali melibatkan partai-partai lain yang justru berada di belakang Ganjar atau Prabowo.

Tuduhan bahwa Jokowi menjadi master mind untuk mengarahkan agar Anies tak mendapat peluang, sama sekali tak berdasar.

Suara dukungan terhadap Anies memang terus menurun.

Tapi itu terjadi karena pada akhirnya masyarakat pun mungkin jenuh dengan kebohongan-kebohongan tentang Anies yang selama ini menjadi sumber popularitasnya.

Jadi Anda bisa lihat, betapa Jokowi tak habis-habisnya menjadi korban tuduhan-tuduhan tak berdasar.

Dan di luar itu ada pula tuduhan dan fitnah yang lebih ngawur lagi.

Jokowi misalnya dituduh menggunakan ijazah palsu di semua tingkat: SD, SMP, SMA dan perguruann tinggi.

Dengan kata lain, Jokowi dituduh sebagai penipu ulung dalam hal merekayasa latar belakang pendidikan.

Dan yang percaya banyak.

Tuduhan itu bahkan sempat diajukan ke pengadilan Jakarta Pusat pada Oktober tahun lalu.

Tentu saja pengadilan membebaskan Jokowi dari segenap tuduhan absurd itu.

Bayangkan Jokowi sudah berulang kali maju di pemilihan Walikota, Gubernur DKI, Pilpres 2014 dan 2019.

Masak di sepanjang perjalanan itu, ijazahnya palsu?

Yang menarik ada banyak pihak yang ramai-ramai ikut membantah tuduhan bahwa Jokowi punya ijazah palsu.

Ini terentang dari kepala sekolah dan guru SD, SMP, SMA dan juga teman-taman yang mengenal Jokowi.

Lantas ada pula kisah fiktif bahwa Jokowi adalah seorang keturunan Tionghoa, beragama Kristen, dan keturunan anggota PKI.

Dalam kisah imajiner ini nama sebenar Jokowi adalah Herbertus Handoko bin Oey Hong Liong atau Noto Mihardjo.

Noto Mihardjo ini adalah anggota PKI yang terlibat dalam gerakan komunisme.

Tuduhan itu bahkan termuat dalam buku Jokowi Undercopver.

Tak kurang dari Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan investigasi untuk memeriksa kebenaran tuduhan itu.

Hasil penyelidikan BIN menunjukkan, tentu saja, tuduhan itu hanya fitnah.

Namun sebagaimana fitnah lainnya, kisah Jokowi anak PKI ini, masih terus ditiupkan.

Ironis memang.

Jokowi adalah presiden terbaik yang pernah memimpin Indonesia.

Namun dia juga adalah presiden yang paling banyak difitnah sebagian rakyat Indonesia yang disejahterakannya.

Jadi sekali lagi, selamat ulang tahun Pak Jokowi.

Kami hanya bisa berdoa agar segenap budi baik Bapak mendapat ganjaran berkah sebesar-besanya dari Allah Yang Maha Kuasa.

Komentar