Oleh: Opini Terkini
Politisasi balapan Formula E terus dilakukan oleh Anies Baswedan. Tujuannya memang untuk mengerek popularitas. Sukur-sukur itu bisa dijadikan kebanggaan dan menambah elektabilitas menjelang Pilpres 2024.
Cara yang digunakan Anies adalah melibatkan oknum-oknum politik di DPRD. Sejak awal rencana interpelasi dimentahkan dengan acara makan malam. Padahal interpelasi itu penting untuk membuka borok Formula E yang amis dan penuh kejanggalan.
Baru saja, Anies melakukan hal yang sama. Beredar pernyataan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta F-PAN Zita Anjani yang memborong tiket Formula E pada 4 Juni besok. Menurut Zita, ia mendapatkan perintah dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan untuk ‘membirukan’ Formula E.
Zita Anjani adalah putri kedua Zulkifli. Ia menyebut ayahnya memiliki kedekatan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Keduanya kerap menunjukkan kedekatan di momen-momen penting, seperti saat melaksanakan salat Id bersama di Jakarta International Stadium (JIS) dan acara milad ke-20 PKS beberapa waktu lalu.
Jadi, dengan kata lain PAN sudah menggunakan anggaran partai demi kepentingan pribadi Ketumnya. Ini tentu tidak sehat untuk sebuah partai.
Membirukan Formula E itu dimaksudkan untuk memenuhi tribun penonton dengan seragam partai PAN yang berwarna biru. Dari pernyataan itu sudah terlihat jelas, ini adalah ajang politik. PAN yang secara genetik memiliki kedekatan dengan para pendukung Anies merasa Formula E adalah bagian dari proses politik itu. Ditambah lagi ada kedekatan pribadi ketumnya dengan Anies, maka sangat wajar jika PAN mendukung Anies habis-habisan.
Buktinya, partai politik harus repot merogoh kantongnya untuk ikut mewujudkan narasi “tiket Formula E telah ludes.” Padahal ludesnya bukan karena dibeli masayarakat, tapi sengaja dihabiskan oleh kelompoknya Anies sendiri.
PAN memang beralasan ingin menyukseskan hajat warga Jakarta berskala dunia. Mereka mengaku bangga dengan adanya Formula E ini. Oleh sebab itu perintah Ketum PAN, pagelaran Formula E harus dibirukan.
Pernyataan itu tentu omong kosong. Formula E adalah ambisi pribadi Anies Baswedan dengan memunculkan banyak sekali masalah. Mulai pembiayaan, pembangunan, hingga tragedi ambruknya atap tribun penonton. Ada kesalahan sistemik dalam penyiapan pagelaran balapan Formula E.
Apa yang dilakukan oleh PAN itu dengan jelas menunjukkan Formula E ini sebenarnya telah mengalami kegagalan. Penonton yang ada di sana bukan penonton organik. Tidak ada benefitnya bagi perekonomian masyarakat sekitar.
Beda halnya dengan balapan Moto-GP di Mandalika tempo hari. Hotel dan penginapan penuh. Orang berebut beli tiket sampai tidak kebagian. Penonton di Mandalika itu penonton organik. Masyarakat benar-benar bangga dengan perhelatan akbar tersebut.
Sedangkan Formula E memang ambisi pribadi Anies yang didukung oleh konco-konco politiknya. Tidak ada rakyat di sana. Selain menghabiskan anggaran, pagelaran itu juga tidak meningkatkan kebanggan masyarakat. Sebab balapan mobil memang bukan genetiknya masyarakat Indonesia. Apalagi ini mobil listrik yang belum populer di masyarakat.
Memang, ada embel-embel ingin mengkampanyekan kendaraan listrik dengan balapan tersebut, tapi tujuan itu terlalu jauh. Mestinya kampanye kendaraan listrik dimulai dari kendaraan operasional pemerintah dulu. Kemudian memberikan subsidi besar untuk kendaraan listrik. Membangun banyak tempat pengecasan umum. Bukan malah balapan.
Sejauh ini, belum banyak yang dilakukan untuk mempromosikan kendaraan listrik oleh Pemprov DKI Jakarta. Maka dapat disimpulkan, alasan itu sebenarnya mengada-ada.
Sedih melihat warga Jakarta berkali-kali harus menahan sabar karena perilaku gubernurnya. Mereka tidak dilibatkan dalam hajatan besar Jakarta. Padahal tinggal beberapa bulan lagi Anies selesai menjabat, tapi mereka merasakan itu sangat lama.