SIAPA DALANG YANG MENGANCAM KELUARGA ANGELINA SONDAKH?

Oleh: Eko Kuntadhi

Namanya Angelina Sondakh. Orang memanggilnya Angie. Mantan Putri Indonesia dan karirnya melejit sebagai salah seorang politisi Partai Demokrat. Waktu itu Partai Demokrat tergolong partai yang baru.

Setelah ia memenangkan penghargaan Putri Indonesia, menjadi aktivis sosial, Angie naik menjadi anggota DPR-RI. Duduk di Senayan, di ruang gedung yang terhormat. Ia ada di dalam badan anggaran, sebuah posisi paling basah di parlemen kita.

Kemudian Angie tersandung kasus korupsi. Tepatnya ia terjerembab dalam pusaran para pencoleng duit rakyat.

Awalnya dia dijatuhi hukuman 4 tahun penjara. Lantas pengadilan PK menambah hukumannya jadi 10 tahun. Angie tentu sedih dengan kondisinya.

Belum lama ia keluar penjara, kemudian Angie menceritakan kesedihannya dalam sebuah wawancara televisi yang dipandu oleh Rosiana Silalahi. Ia menangisi keadilan yang menurutnya tidak bisa tegak di dunia ini. Ia menangisi nasibnya kenapa hanya dia yang diseret ke penjara.

Kita simak kata-kata Angie yang luar biasa itu, “Korupsi tidak bisa dilakukan sendirian, tidak bisa single fighter,” ujarnya terbata-bata dalam wawancara dengan Rosi.

Kita bisa menebak maksud Angie. Ia hanya boneka kecil dalam pusaran korupsi, yang kebetulan memainkan peran politiknya untuk mengumpulkan duit di Senayan.

Iya sih, dia juga ngaku, ia kecipratan duit sepertinya pengakuannya. Tapi, cuma kecipratan doang. Jawaban Angie saat diwawancarai itu seperti ingin menggambarkan bahwa ada orang lain yang bukan hanya kecipratan. Tapi justru mandi basah dengan duit korupsi itu. Sayangnya orang lain ini tidak tersentuh hukum.

Saya membayangkan duit yang disampaikan Angie itu memenuhi isi bunker. Duit cash. Lembaran-lembaran uang bergambar Soekarno-Hatta misalnya. Dan kemudian orang yang punya duit cash ditaruh di bunker ini kelojotan ketika pemerintahan Pak Jokowi mau mencetak duit dengan desain yang baru.

Dari rangkaian kata-kata yang banyak bersayap itu, Angie seperti ingin menyampaikan sesuatu. Sesuatu yang penting. Tapi katanya dia takut. Sebab ini menyangkut tokoh penting, menyangkut keluarga tokoh penting.

Dan yang namanya tokoh penting tentu saja punya kekuasaan yang sangat besar. Dan itulah yang membuat dia takut.

Silakan Anda tebak sendiri siapa tokoh penting yang membuat seorang mantan narapidana korupsi 10 tahun bisa ketakutan setengah mati?

Sementara pesakitan korupsi lain dari Partai Demokrat, Nazaruddin, pernah bilang kepada media ketika dia ditangkap dan dipulangkan dari Kolombia, apa statementnya?

“Tolong jangan ganggu anak-istri saya!”

Angie mungkin pasrah menerima hukuman dan tutup mulut demi keselamatan anaknya seperti yang dibeberkan dalam wawancara Rosi. Nazaruddin juga meminta keluarganya jangan diganggu. Anak-istrinya jangan diganggu. Cukup dia saja yang menerima hukuman.

Kita gak tahu, teriakan kedua orang ini ditujukan kepada siapa?

Coba deh kita bangun bayangan atau ingatan masa lalu ketika Nazaruddin dulu berkiprah, ia ada di masa kepemimpinan Presiden SBY. Dan dia ada di partai yang sangat berkuasa pada saat itu.

Tapi di zaman itu, di saat Presiden SBY masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia, ternyata banyak rekan-rekan separtainya yang juga sebagai partai penguasa masuk penjara karena perkara korupsi.

Selain mereka berdua, kita juga ingat ada Anas Urbaningrum, dia adalah ketua umum Partai Demokrat. Ada juga Andi Malarangeng mantan Menpora yang juga petinggi partai berlambang mercy tersebut.

Lucunya, ini yang paling lucu, sebagian besar orang yang masuk penjara itu ternyata adalah bintang iklan partai yang fenomenal itu, ‘Katakan tidak padahal doyan…’

Anas, Andi Malaranggeng, Angelina Sondakh, semuanya masuk penjara. Dan hanya satu bintang iklan waktu itu yang sampai sekarang tidak terjerat hukum. Begini tuh gayanya, kita tahu siapa. Bisa saja ini kebetulan, meski kata orang, dalam dunia politik tidak ada yang benar-benar kebetulan.

Nazaruddin sendiri misalnya dalam kesaksian di persidangan pernah bilang, ada orang yang namanya Ibas terima duit 200 ribu USD. Di kesaksian lain dia ngomong terima duit 450 ribu USD. Dan sayangnya, kesaksian-kesaksian seperti itu sampai sekarang tidak dilacak oleh KPK.

Itulah masa di Indonesia ketika omongan seorang politisi dan tindakan nyatanya berjarak sangat jauh. Ketika iklan dan realisasi itu seperti langit dan comberan bedanya. Jauh banget. Sebuah partai memenangi pemilu dengan, katakan tidak pada korupsi. Dan hasilnya para petinggi partai itu terseret kasus korupsi berjamaah.

Kasus Angie adalah kasus lama. Kasus Nazaruddin juga kasus lama.

Dan baru-baru ini ada kasus baru yang juga ditangani KPK melibatkan anggota Partai Demokrat. Tersangkanya adalah Abdul Gafur Mas’ud, Bupati Penajam Paser Utara. Abdul Gafur ini juga duduk sebagai ketua DPC Partai Demokrat di Penajam Paser Utara.

Abdul Gafur dicokok KPK karena mengumpulkan duit korupsi. Bersamanya ditangkap juga Nur Afifah Bilqis, gadis muda usia 24 tahun, dan posisinya sebagai Bendahara DPC Partai Demokrat Penajam Paser Utara.

Lagi-lagi, Ketua Partai Demokrat dan Bendaharanya, meski sekarang levelnya hanya DPC, kena tangkap KPK.

Orang kan jadi bertanya, apakah sudah menjadi budaya di partai itu korupsi dilakukan sedemikian sistemik dan terstruktur? Sehingga kerja samanya dilakukan oleh para fungsionaris partai?

Untuk mendalami kasus korupsi Abdul Gafur, kemarin KPK hendak memanggil Andi Arief sebagai saksi. Mungkin juga untuk dijelaskan apa ini hubungannya antara gerakan atau korupsi di lapangan dengan kegiatan-kegiatan partai. Kita gak tahu apa sangkutan Andi Arief ini sehingga ia dipanggil KPK. Dan yang pasti Andi Arief adalah Ketua Pemenangan Pemilu Partai Demokrat.

Keluarga bupati tersebut terang-terangan berkata, bahwa Abdul Gafur Mas’ud itu adalah korban permainan politik. Dia korban dari siapa? Itu pertanyaan kita. Dan dijawab oleh Yuliana Masud kakaknya Abdul Gafur, dia atau adiknya adalah korban Partai Demokrat!

Wow, ini jawaban yang menohok. Ia menjawab dengan tegas ketika ditanya wartawan di Gedung KPK sehabis menjenguk adiknya yang pesakitan itu.

Mungkin suara Yuliana bisa nyaring sekarang. Karena orang kuat yang katanya dulu ditakutkan sama Angie dan Nazaruddin juga takut, sekarang posisi politiknya sudah sedikit loyo.

Pertanyaannya kemudian, akankah KPK melacak sampai ke sana? Kalau soal pelacakan KPK, dan kita berharap dilacak sampai ke ujung, kayak-kayaknya kita harus tetap bersabar. Mungkin, ini mungkin, KPK menunggu sampai lebaran kuda baru bergerak sampai ke arah sana.

Saya Eko Kuntadhi hanya mengajak Anda berpikir, kesimpulannya ya terserah Anda…

Terima kasih.

Komentar