ANGELINA SONDAKH BISA MENJADI PEJUANG ANTI-KORUPSI

Oleh: Ade Armando

Siapakah otak besar di belakang korupsi Angelina Sondakh?
Pertanyaan itu mengemuka saat saya menyaksikan wawancara Angelina dengan Rosi Silalahi di Kompas TV, 1 April.

Dalam wawancara satu jam itu, Angie – begitu dia biasa dipanggil — hadir sebagai mantan narapidana yang baru lepas dari penjara selama 10 tahun.

Angie hadir sebagai seorang perempuan politisi yang pernah begitu Berjaya. Namun kemudian tertangkap KPK.

Kini dia hadir sebagai seorang warga, seorang ibu, seorang single parent, yang mengakui kesalahannya. Dan dia berharap ini jangan sampai terjadi pada siapapun.

Saya sulit untuk tidak bersimpati pada Angie. Dia tidak berusaha mencari pembenaran tentang kejahatannya. Dia bilang, orang layak marah padanya. Dia hanya berharap, orang-orang yang paling dicintainya bisa memaafkannya.

Saya sendiri, sebagaimana banyak warga lainnya, tentu memaafkan dia. Dia sudah dipenjara 10 tahun, sebuah jangka waktu yang cukup lama.

Selama dia dipenjara, menurut Angie, dia tidak memperoleh keistimewaan apa-apa. Dia hidup sebagaimana para napi lainnya. Karena itu, dia rasanya sudah menjalani hukuman yang pantas ditanggungnya.

Kini adalah saat di mana Angie bisa memulai babak hidup baru. Hidup Angie seperti roller coaster

Pada awalnya, hidup Angie nampak begitu gemerlap. Dia sempat menempuh pendidikan dasar dan menengah di Australia.

Dia menjadi pemenang berbagai kontes kecantikan di Menado, di Sulawesi Utara dan pada akhirnya menjadi Putri Indonesia 2001.

Dia menjadi model yang sangat terkenal. Menikah dengan aktor yang juga sangat populer, Adjie Massaid.

Angie kemudian terjun ke dunia politik. Kariernya segera melejit begitu masuk ke Partai Demokrat. Dia menjabat Wakil Sekjen Partai Demokrat. Ia terpilih sebagai anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-2014.

Di DPR, ia menjadi anggota Badan Anggaran. Tapi kemudian jalan hidupnya berbelok dengan sangat drastis.

Pada 2012, ia menjadi tersangka kasus korupsi dan suap terkait pembahasan anggaran proyek Wisma Atlet. Ia kemudian dinyatakan bersalah dalam kasus korupsi penyusunan anggaran dan menerima suap Rp5 Miliar.

Semula dia divonis penjara 4,6 tahun. Tapi ketika dia naik banding, hukumannya diperberat menjadi 12 tahun. Pada akhirnya, ketika ia mengajukan permohonan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung, pada 2015 ia divonis penjara 10 tahun.

Korupsi Wisma Atlet saat itu juga melibatkan orang-orang penting dari Partai Demokrat. Ada Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat, yang sampai sekarang masih menjalani hukuman.

Ada Nazaruddin, bendahara Partai Demokrat. Dan Andi Malarangeng, yang ketika ditahan adalah menteri Pemuda dan Olahraga.

Kini Angie sudah bebas.

Pertanyaan utama yang diajukan Rosi, dan sebenarnya juga adalah pertanyaan kita semua adalah: apakah Angie bekerja sendirian atau ada kekuatan besar di belakangnya.

Angie adalah politisi muda dan tiba-tiba saja berada pada posisi yang sangat strategis, duduk di Badan Anggaran. Mereka yang paham DPR, tahu bahwa Badan Anggaran memiliki posisi powerful dalam menentukan alokasi anggaran di DPR. Posisi yang sangat basah.

Jadi apakah Angelina memang ditempatkan di sana karena kualifikasinya atau untuk mempermudah kerja para penggerogot uang rakyat?

Dengan kata lain apakah Angie sekadar pion untuk memfasilitasi kepentingan para aktor utama? Dan kalau dia memang pion, siapakah para aktor utama? Dan apakah para aktor utama masih hidup bahagia tanpa terkena hukum sampai saat ini?

Inilah yang berusaha diangkat Rosi. Rosi memulai dengan kutipan dari ayah Angie yang mengatakan bahwa ada orang yang mempromosikan Angie, tapi sekaligus menjerumuskan Angie.

Rosi bertanya kepada Angie: kenapa Angie tak mau menyebut nama itu?

Jawaban Angie sangat menyentuh hati. Katanya, dia takut. Yang ada di kepalanya hanyalah keselamatan anaknya, Keanu. Keanu harus selamat, kata Angie.

Angie tak keberatan disebut penakut. Tapi dia memang sendirian, seorang single parent, kakaknya sudah meninggal, tidak ada siapapun yang bisa melidunginya.

Angie menyatakan, dia sudah sampai pada tahap mempertanyakan, apakah keadilan masih ada di negeri ini?

Dia sudah kehilangan harapan untuk mencari keadilan dan kebenaran. Dia sudah mengungkapkan semua hal yang dia tahu ke pengadilan.

Pada tahun-tahun pertama dia menjalani hukuman, dia masih merasa perlu mencari keadilan. Dia berjuang agar hakim percaya. Dia ingin agar orang tahu dia tidak melakukannya sendiri. Dia tidak ingin berkorban untuk orang-orang lain yang bersalah. Dia tidak mau bertarung dan disalahkan sendirian.

Tapi itu semua menemui jalan buntu. Sehingga kemudian dia sadar, dia memang sendirian. Dia harus menjalani hukuman sendirian. Dia tidak punya cantelan kekuasaan yang melindungi dia. Dia sadar bahwa walau Partai Demokrat berkuasa, mereka tidak akan melindungi dia.

Dia tidak punya uang. Dia pernah mengajukan diri sebagai justice collaborator, tapi tawarannya ditolak pengadilan.

Ketika itulah dia berdamai dengan dirinya. Angie menyatakan, korupsi yang dilakukannya adalah kesalahan dia. Dan perlahan dia mulai belajar untuk hidup sebagai orang biasa di penjara.

Angie memutuskan untuk tidak menyalahkan orang lain. Yang salah adalah dirinya sendiri. Dia salah karena tidak berani bilang tidak mau. Harusnya dia berani bilang bahwa dia tidak keberatan tidak menjadi apa-apa.

Seharusnya dia berani hidup lurus-lurus saja. Dia seharusnya berani memutuskan untuk tidak terlalu jauh masuk ke dalam lingkaran kekuasaan. Tapi kesadaran itu datang belakangan.

Bagi Angie, ini semua adalah pelajaran sangat berharga. Dia berharap hukuman berat yang dia jalani bisa menimbulkan efek jera bagi para anggota DPR. Angie berharap tidak perlu lagi ada Angie-Angie yang lain.

Dia juga menyebut DPR dan Banggar DPR adalah lembaga yang sangat kotor. Meski kemudian dia buru-buru menyatakan, tapi itu yang dulu ya. Saya tidak bisa bicara tentang DPR yang sekarang, katanya.

Seperti saya katakan, sulit untuk tidak bersimpati pada Angie. Tapi, saya sebenarnya punya harapan lebih padanya. Saya berharap Angie yang reborn ini bisa menjadi juru bicara perang melawan korupsi.

Ia tahu persis bagaimana korupsi berjamaah terjadi di DPR. Ia mungkin tak perlu menyebut nama Tapi ia perlu bercerita tentang prosedur operasional standard korupsi di DPR.

Dia adalah pelaku langsung. Dan kini dia sedang merasa bahwa korupsi di Indonesia harus dihabisi.

Saya berharap, pengorbanan Angie tidak sia-sia. Dia bisa menjadi salah satu motor utama perlawanan terhadap korupsi di Indonesia.

Komentar