Oleh: Eko Kuntadhi
Kenal gak sama orang yang namanya Purnomo Cahyo Widiyanto? Tampilannya, jenggotnya lebat. Pakaiannya selalu putih-putih seperti pakaiannya orang Saudi. Dia juga kerap memakai kalung mirip tasbih besar. Rambutnya cuma sedikit. Mungkin juga rambut itu ketarik sama jenggotnya.
Belum ada bayangan? Tapi kalau saya sebut nama Syech Puji, pasti ingat dong. Iya, dia adalah lelaki predator seksual yang doyan melahap anak-anak di bawah umur.
Syech Puji pernah dihukum karena menikahi santrinya yang bernama Lutfiana Ulfa. Saat dinikahi secara agama itu, Ulfa baru beranjak usia 12 tahun. 12 tahun, masih ABG. Boro-boro ABG, masih baru saja lepas dari dunia anak-anak. Kejahatan Syekh Puji waktu dihukum adalah karena kekerasan seksual kepada anak di bawah umur.
Saat dia keluar dari penjara, usia Ulfa sudah 16 tahun. Dan Syech Puji kemudian mengajukan izin untuk menikahi Ulfa secara resmi. Dia mendapat izin, kemudian dia menikah secara resmi. Setelah itu kabarnya Syech Puji dan Ulfa hidup seperti suami-istri biasa. Mereka dikaruniai dua orang anak.
Apakah setelah itu drama kehidupan Puji selesai? Ternyata enggak.
Hobinya masih sama seperti Puji yang dulu, doyan sama anak-anak kecil. Baru-baru ini ada berita heboh lagi. Apalagi kalau menyangkut Syech Puji, tentu saja menyangkut syahwatnya terhadap anak-anak kecil. Dia kabarnya balik ke hobi lamanya. Menikahi anak di bawah umur. Dan anak ini adalah santrinya. Tentu saja pernikahannya gak berlangsung di KUA, pernikahannya ya begitu-begitu saja. Karena Syech Puji seolah-olah sebagai tokoh agama.
Berapa usia madunya Ulfa yang baru dinikahi Syech Puji saat ini? Astaga, anda semua pasti kaget, usia anak itu baru 7 tahun! Tujuh tahun! Ketika orang masih anak-anak, masih main barbie, sama Syech Puji sudah dinikahi.
Orang-orang normal kayak kita-kita ini pasti marah dan geram atas ulah lelaki bangsat ini. Bagaimana mungkin anak yang lebih pantas jadi cucu atau cicitnya dinikahi, atau pura-pura dinikahi, atau apapun namanya, dengan cara yang sangat biadab seperti ini.
Nama anak korban keganasan Puji yang baru ini adalah D. Ya tentu saja saya gak enak nyebut nama sebenarnya. Bocah ini kabarnya dinikahi pada tahun 2016 lalu. Kalau tahun 2016 itu usianya 7 tahun, saat ini mungkin usianya sudah memasuki 12 tahun.
Tapi kasus ini baru menyeruak setelah pihak keluarga D melaporkan kejadian yang menimpa anak kecil, yang baru lepas dari masa balita itu ke polisi. Pihak keluarga D juga sudah melaporkan Syech Puji dengan segala kelakuannya ke LSM yang mengurus soal anak-anak.
Dengan berulangnya kasus yang sama, anak-anak kecil dijadikan mangsa seksual, dipoligami dengan cara yang buruk, Syech Puji bukan saja wajib dihukum seperti sebelumnya, tetapi sepertinya dia sudah harus dikebiri secara serius.
Puji yang berbisnis kaligrafi logam ini, tampaknya sengaja menggunakan agama dan kekuatan ekonominya untuk mengumbar nafsunya. Ia mendirikan pesantren kecil berkedok membina anak-anak yatim untuk diajarkan agama. Tapi rupanya pesantren itu kayak tipuan aja. Tujuan utamanya adalah ya itu tadi, memetik anak-anak kecil yang merangsang dia untuk mengumbar nafsu bejatnya sebagai predator anak.
Dengan berdalih agama, Puji menikahi anak-anak itu. Menikahi gak cuma satu, beberapa. Ia mengumbar kegemarannya pada anak-anak dengan menggunakan agama atau pesantrennya sebagai kedok.
Hampir semua santri Syech Puji datang dari keluarga tidak mampu memang. Mungkin saja orang tua anak-anak itu yang tidak sanggup membiayai pendidikan anaknya, menitipkan putri mereka untuk dididik, untuk diberikan pelajaran, untuk diberikan pengetahuan. Kondisi ekonomi itulah yang sepertinya dimanfaatkan oleh orang kayak Puji ini untuk memetik keuntungan dari keterpepetan ekonomi.
Ia memang meminta kepada keluarga santri untuk menikahi anaknya. Ia kerap mencontohkan hidupnya dengan Ulfa, istrinya yang juga dinikahi pada usia 12 tahun. Karena sekarang Ulfa sudah punya anak dua. Sudah diberikan nafkah secara wajar. Itulah yang dijanjikan oleh Puji kepada keluarga-keluarga yang ekonominya terjepit. Apalagi ditambahi dengan embel-embel doktrin agama yang memang mungkin dipalsukan oleh Syech Puji. Ia seperti ingin mengangkat keluarga anak-anak itu secara ekonomi, maupun secara agama, agar anak tersebut diikhlaskan oleh orang tuanya.
Ini sih benar-benar biadab.
Kebiadaban Syech Puji hampir sama atau mirip dengan kebiadaban ustad Herry kemarin, pengasuh pondok pesantren di Bandung. Orang-orang seperti ini, orang-orang sejenis ini dengan berkedok agama dan memelihara anak yatim, ujung-ujungnya memanfaatkan nafsunya kepada anak didik tersebut.
Kita sudah sering mendengar kasus serupa. Lembaga-lembaga pendidikan agama yang justru menjadi sarang kekejian seksual yang menimpa para santriwati, dilakukan oleh syechnya, dilakukan oleh ustadnya, dilakukan oleh pembinanya.
Rasa-rasanya dada kita mau pecah mendengar kabar ini lagi. Bagi saya, orang model kayak Syech Puji ini adalah orang biadab yang melakukan kejahatan berulang, ia tidak cuma pantas dipenjara untuk ke sekian kalinya, tapi ia layak dikebiri. Layak disunat berkali-kali agar tidak bisa lagi mengumbar kegilaan ke anak-anak kecil itu.
Sudah sepantasnya lembaga berwenang serius menelaah kasus ini. Jangan biarkan anak-anak perempuan kita jadi mangsa para predator berkedok agama.
Ini perkara serius. Saya sendiri sudah gak sanggup berpikir jernih mendengar berita ini. Dan saya berharap, kita semua berharap kepolisian Jawa Tengah cepat-cepat mengambil langkah untuk menangkap Syech Puji ini. Untuk menjadikan dia sebagai tersangka, karena kasusnya sudah lebih terang benderang. Lalu setelah itu masukin ke persidangan, mudah-mudahan pengadilan memutuskan, potong tititnya sampai habis.