SAIFUDDIN BUKAN PENDETA DAN PUNYA MENTAL HEALTH

Oleh: Ade Armando

Saya menduga Saifuddin Ibrahim ini berpenyakit jiwa. Dia mengaku-aku dirinya pendeta. Tapi kualitasnya sama sekali tak menunjukkan dia pantas disebut pendeta.

Dia bikin video yang seolah kritis terhadap Islam. Tapi argumennya ngawur dari ujung ke ujung. Dan ketika saya tunjukkan kesalahan kritiknya, dia ngamuk-ngamuk.

Bahkan dia menyebut bahwa saya tidak bisa sholat lima waktu. Dia bilang, potong tangan dia kalau saya bisa sholat.

Ini luar biasa kacau sih!

Komentar semacam itu hanya bisa datang dari seseorang yang punya masalah dengan kesehatan jiwa.

Saya jelaskan dulu pangkal masalahnya. Saifuddin ini bikin video kontroversial berisi permintaan agar Menteri Agama menghapus 300 ayat Al Quran. 300 ayat yang dia minta dihapus adalah ayat-ayat yang dianggapnya memerintahkan kebencian dan kekerasan.

Dia juga bilang semua teroris datang dari pesantren. Pendapatnya itu saya sanggah. Buat saya bagaimana mungkin dia berharap seorang Menteri Agama menghapus ayat-ayat Al Quran.

Apa sih otoritas yang dimiliki Menteri Agama?

Saya juga mengeritik cara pandang dia tentang 300 ayat Al Quran tersebut. Menurut saya, ayat-ayat yang dia persoalkan tidak perlu dihapus, karena yang jadi masalah adalah tafsiran tentang ayat-ayat.

Kesalahan kaum radikal dan ekstremis adalah mengikuti ayat-ayat kitab suci secara harfiah dan tanpa menyertakan pemahaman tentang konteks.

Jadi yang diperlukan adalah corak pemahaman keagamaan yang lebih kritis, yang lebih kontekstual, yang lebih menerima perbedaan, dan yang dilandasi akal sehat.

Dan saya juga membantah bahwa pesantren adalah sumber teroris. Saya menunjukkan bahwa mayoritas pesantren di Indonesia adalah pesantren NU, dan justru pemahaman keagamaan NU menolak radikalisme apalagi terorisme.

Karena itulah saya menyebut cara pandang Saifuddin yang provokatif itu bodoh dan dungu. Ini rupanya bikin Saifuddin murka.

Tapi sayangnya, alih-alih membahas kritik saya, dia malah meracau ke mana-mana.

Dalam videonya pada 16 Maret, dia mengaku tidak menistakan agama Islam. Malah, menurutnya, Ade Armando lah yang menistakan agama Islam.

Di mana letak penistaan agama oleh saya? Tentu saja tidak jelas.

Yang paling lucu, dia juga menyebut Ade Armando tidak mampu menjalankan sholat lima waktu. Dia bilang: “Logikamu tidak cukup, kalau lawan dengan logika saya, Ade Armando.”

Kata dia lagi: “Kamu hanyalah logika kucluk, logika mental busuk.”

“Karena kamu sendiri tidak mampu menjalankan agamamu, menjalankan sholat lima waktu.”

“Potong tangan saya kalau kamu mampu Ade Armando!”

Seperti Anda dengar, jawaban Saifuddin ini sama sekali tidak substansial. Dia hanya ngamuk. Dan apa hubungannya antara sholat saya dengan kritik saya?

Sekadar catatan, saya sampai saat ini tetap sholat lima waktu. Jadi dari mana dia mengira saya tidak bisa shalat lima waktu?

Apa yang dikatakannya menunjukkan dia memang dungu dan bahkan mungkin punya masalah kesehatan mental. Ini juga tercermin saat dia menanggapi komentar Mahfud MD.

Mahfud meminta Polri menyelidiki Saifuddin karena videonya menimbulkan kegaduhan dan kemarahan. Menurut Mahfud, pernyataan Saifuddin merupakan provokasi dan mengadudomba antar umat.

Ia bahkan mengingatkan bahwa pernyataan-pernyataan tersebut berpotensi dibawa ke ranah hukum hukum. Bisa diancam hukuman penjara enam tahun.

“Kita tidak akan melarang orang bicara tapi jangan memprovokasi hal-hal yang sensitif seperti itu,” tutur Mahfud.

Jawaban Saifuddin terhadap pernyataan Mahfud kemudian luar biasa tidak waras. Yang paling epic, dia menantang Mahfud untuk carok atau berkelahi dengan celurit. Dia dengan sombong mengaku penelitian dia tentang Al Quran tidak bisa dilawan siapapun, apalagi oleh Pak Mahfud MD.

“Berani carok dengan saya. Ayo kita carok!” tantang Saifuddin.

Dia bilang lagi: “Mati matilah. Halelluyah, Atau kita main catur berdua. Siapa yang kalah lompat ke jurang. Berani? Tidak ada urusannya Pak Mahfud.”

Serius bro? Lompat ke Jurang?

Terus kata dia lagi.

“Bagaimana maksud Mahfud MD menyebut saya ini menista agama hukumannya 6 tahun. Jangankan 6 tahun, matipun saya siap. Hukuman mati saya siap menjalaninya, asal kematian saya untuk membela minoritas, untuk membela gereja, agar Kristen ditonton di TV, sama seperti Islam di TV,” katanya

Dia bilang dia dulunya bangga dengan Mahfud MD.

“Pak Mahfud dulu kan ngomong agama musuh negara. Saya sudah bangga dengan Bapak. Tapi begitu Bapak mengomentari tentang saya, Halleluyah hahahaha . dhek remmah sampeyan. Sampeyan gimana? Kok bisa begitu sampeyan,” kata Pendeta ini sambil meniru logat bicara Madura.

Saifuddin mengatakan Mahfud MD tidak punya hak sedikitpun untuk menjawab omongan dia.

“Saya memberikan kesempatan pada Menteri Agama. Gus Yaqut yang menjawab bukan Bapak,” kata Saifuddin. “Begitu Bapak menjawab turun derajat Bapak sebagai nasionalis, sebagai pendukung Presiden Jokowi. Saya pendukung Jokowi, saya pendukung NKRI,” katanya.

Seperti yang saya katakan, apa yang keluar dari mulutnya sama sekali tidak mencerminkan kepintaran dan kebijakan seperti yang seharusnya dimiliki pemuka agama.

Bayangkan dia mengajak duel, mengajak main catur, melompat dari jurang, siap mati agar Kristen ditonton di TV, dan seterusnya.

Saya sih percaya dia punya masalah kejiwaan. Bagi umat Kristen, tolong jangan bela dia. Bagi umat Islam, harap jangan terprovokasi.

 

Komentar