Oleh: Ruang Dara
Hari ini saya mau ngomongin salah satu idola saya, Mas Pasha vokalis band Ungu. Saya tumbuh besar dengan lagu-lagu band-nya Mas Pasha. Tapi hari ini kita akan ngomongin komentar Mas Pasha soal Formula E di Jakarta. By the way, Mas Pasha ini sekarang menjadi ketua DPP Partai Amanat Nasional dan mantan Wakil Walikota Palu.
Di video yang ia upload beberapa waktu lalu, ada pernyataan yang cukup menggelitik. Ia mengatakan, “Saya yakin betul sesungguhnya jauh dari lubuk hati paling dalam teman-teman PSI sebenarnya menyetujui kegiatan ini. Cuma memang mohon maaf kalau boleh saya katakan kan seolah-olah Covid-19 ini menjadi kambing hitam.”
Banyak menulis lagu-lagu percintaan nampaknya membuat Mas Pasha merasa paling jago membaca isi hati orang lain. Mungkin Mas Pasha bisa membantu membaca isi hati Pak Gubernur Anies Baswedan yang lebih memilih diam ketika berkali-kali ditanya mengapa ia ngotot mau melaksanakan Formula E?
Kemudian, Mas Pasha juga mempertanyakan kehadiran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada saat pembahasan Formula E oleh Pemerintah Jakarta. Ia bilang, “Nah yang jadi pertanyaan adalah apakah PSI atau rekan-rekan anggota DPRD dari PSI ini tidak mengikuti pembahasan anggaran apa gimana? Kok seolah-olah di belakang hari, ini dianggap sebagai sesuatu yang menghambur-hamburkan uang rakyat.”
Jauh sebelum Mas Pasha Ungu ‘bernyanyi’ soal Formula E, PSI sudah mempermasalahkan balap mobil listrik ini. Dua tahun lalu, tepatnya tanggal 10 Agustus 2019, Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sudah mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar segera menyerahkan hasil revisi studi kelayakan atau feasibility study Formula E. Perbaikan ini diminta oleh Badan Pemerika Keuangan (BPK) pada laporan keuangan pemerintah DKI tahun 2019.
Mengapa BPK minta revisi?
Awalnya, PT Jakarta Propertindo atau Jakpro mengklaim komposisi keuntungan penyelenggaraan Formule E di Jakarta selama tahun 2020-2024 totalnya sebesar Rp 3,12 triliun, terdiri dari pendapatan finansial PT Jakpro sebesar Rp 544 miliar dan dampak ekonomi sebesar Rp 2,58 triliun.
Tetapi, Badan Pemeriksa Keuangan melihat studi kelayakan tersebut tidak mencantumkan rincian biaya komitmen atau commitment fee yang wajib dibayarkan Pemprov DKI setiap tahun selama periode kerja sama. Dalam hasil studi kelayakan itu juga tidak tercantum biaya selama penyelenggaraan yang dibebankan ke Dinas Pemuda dan Olahraga.
Pada kontrak selama 5 tahun tersebut total biaya commitment fee sebesar 122,1 juta poundsterling atau sekitar Rp 2,35 triliun. Selain commitment fee, Jakpro harus membayar bank garansi yang nilainya naik 10 persen setiap tahun, selama lima tahun, totalnya mencapai Rp 890 miliar.
Jadi, ada jumlah sebesar Rp 3,24 triliun yang tidak tercantum pada studi kelayakan di awal.
Anggota DPRD PSI, Bro Ara mengatakan, apabila biaya commitment fee dan bank garansi diperhitungkan, maka total biaya pelaksanaan berubah dari Rp 1,24 triliun menjadi Rp 4,48 triliun.
Maka, jika dibandingkan dengan keuntungan yang diklaim sebesar Rp 3,12 triliun, penyelenggaraan Formula E membuat Pemprov DKI rugi Rp 1,36 triliun.
Sebulan kemudian, Jakpro mengeluarkan kajian dampak ekonomi baru pada September 2019 dan memperkirakan dampak ekonomi dari penyelenggaraan Formula E di Ibu Kota pada tahun 2021-2024 mencapai Rp 2 triliun. Namun, BPK DKI Jakarta kembali mengingatkan bahwa tertundanya balap mobil listrik itu akibat pandemi Covid-19 bakal mempengaruhi perhitungan asumsi dampak ekonomi.
Di tengah pandemi, memang sulit membayangkan akan ada turis domestik dan mancanegara yang datang ke Jakarta menonton balap mobil, lalu berbelanja di GI, dan menginap di HI. Terlihat jelas bahwa dampak ekonomi Formula E hanyalah akal-akalan saja.
Kemudian, pada Selasa 29 Oktober 2019, Wakil Ketua Komisi E, Bro Anggara Wicitra kembali mempermasalahkan anggaran Formula E DKI Jakarta dalam rapat Kebijakan Umum Perubahan APBD Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUPA-PPAS). Ara menyayangkan anggaran-anggaran untuk revitalisasi gedung olahraga dan lapangan sepak bola malah dialihkan untuk penyelenggaraan Formula E. Mestinya, anggaran lebih difokuskan pada anggaran sarana dan prasarana olahraga di Jakarta.
Dua bulan kemudian, tepatnya pada Rabu, 4 Desember 2019, PSI kembali mempermasalahkan Formula E dalam sidang paripurna tentang Pandangan Umum Fraksi PSI terhadap RAPBD DKI 2020. Saat itu anggota DPRD DKI Bro Anthony Winza menyatakan bahwa jangankan ingin menonton Formula E, warga Jakarta masih banyak yang kesulitan mendapat akses terhadap fasilitas kamar mandi dan masih rebutan jamban.
Jika Mas Pasha mau meluangkan sedikit waktu untuk googling, “PSI Formula E”, maka seluruh berita penolakan PSI terhadap Formula E sebenarnya terarsip rapih di Google. Namun, tampaknya Mas Pasha sedang sibuk persiapan rilis single baru bersama Ungu, setelah gagal maju sebagai bakal calon Wakil Gubernur Sulawesi Tengah di Pilkada 2020 lalu.
Mas Pasha juga bilang bahwa kerugian Formula E sebesar Rp 1 triliun hanyalah 2 persen dari APBD DKI. Masih ada 98% dari anggaran yang bisa digunakan untuk menyejahterakan rakyat Jakarta. Tapi mungkin Mas Pasha lupa bahwa dalam pembuatan kebijakan publik, ada yang Namanya opportunity cost, yaitu hitung-hitungan apa saja yang tidak bisa kita lakukan ketika kita memilih memakai uang Rp 1 triliun untuk Formula E.
Pertama, Rp 1 triliun bisa dipakai untuk membelikan tablet sederhana untuk tiap siswa DKI untuk menunjang kegiatan belajar online. Jika Rp 1 triliun dibagi dengan jumlah siswa di Jakarta, sebanyak 1.358.886 siswa, maka tiap siswa bisa mendapatkan lebih dari Rp 735 ribu.
Kedua, jika Formula E betul-betul dibatalkan, ada uang sebesar Rp 4,487 triliun yang bisa dipakai untuk membangun 88 sekolah baru atau 44 rumah sakit di Jakarta. Dana sebesar ini juga bisa dipakai untuk mendanai 7,4 juta sembako kepada keluarga miskin selama dua bulan. Biaya Formula E bisa juga untuk menyalurkan stimulus untuk 3,7 juta UMKM dengan masing-masing bantuan sebesar Rp1,2 juta.
Masa sih Mas Pasha gak setuju jika dana ini dialihkan untuk membantu rakyat yang sedang kesusahan di tengah Covid-19?
Nah, buat penonton Cokro, kalian ikut tim yang mana? Mau ngikutin Mas Pasha ngebelain Formula E atau ikutan sama PSI yang dari awal sudah konsisten menolak ajang balapan un-faedah ini? Tulis jawabannya di kolom komentar ya!