Oleh: Akhmad Sahal
Baru-baru ini masjid Istiqlal menjadi perhatian dan mendapatkan apresiasi dari kalangan Katolik di Vatikan. Ini bisa dilihat dari berita di Caritas, organisasi kemanusiaan gereja Katolik sedunia yang bermarkas di Vatikan, dalam beritanya di Caritas Italiana disebutkan, bahwa di masjid Istiqlal berlangsung kegiatan vaksinasi Covid-19 untuk para tokoh lintas agama, dari pemuka berbagai agama yang ada dan para pegiat organisasi keagamaan dari berbagai agama.
Salah satu yang mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 itu adalah seorang pastor Katolik, seorang pastor bernama Pater Fredy Ranter Taruk, Direktur Caritas Indonesia. Pater Fredy ini kemudian memberikan testimoni positifnya kepada apa yang dia lihat di masjid Istiqlal tersebut dan disiarkan di Caritas Italiana di Vatikan.
Pater Fredy menyaksikan adanya gestur indah persatuan pengikut dari berbagai keyakinan agama yang berbeda-beda. Dan itu terjadi di basement masjid Istiqlal. Romo Fredy bersama tokoh agama yang lain, para suster, pendeta Protestan, ulama, kiai, tokoh agama Budha, Hindu, Konghucu, semuanya mendapatkan vaksin Covid-19 di masjid Istiqlal.
Menurut Romo Fredy, didulukannya tokoh lintas agama ini bukan berarti mereka adalah kaum privileged yang harus diistimewakan. Melainkan karena mereka dianggap sebagai tokoh panutan umat dan sebagai tokoh bagi pengikutnya masing-masing, jadi teladan bagi mereka. Dengan begitu, setelah mereka mendapatkan vaksin Covid-19, mereka diharapkan menyelenggarakan kegiatan vaksinasi serupa di tempat ibadah masing-masing, di rumah ibadah masing-masing untuk kalangan yang juga lintas agama.
Kenapa berita ini penting saat ini? Berita tentang vaksinasi tokoh lintas agama di masjid Istiqlal sebenarnya bukan hanya bercerita tentang vaksin Covid-19. Ini juga narasi positif tentang hubungan antar pemeluk agama di negeri ini. Narasi semacam ini sebenarnya mungkin aja banyak terjadi di negara kita, ya memang bukan hal baru, bukan yang pertama.
Tapi saat ini, hal semacam ini perlu digaungkan lagi, terutama ketika, ya kita sendiri menyaksikan bahwa belakangan ini yang sering kita dengar adalah narasi suram tentang intoleransi, kebencian berbasis agama, perusakan rumah ibadah, dll. Di tengah banyaknya cerita tentang hubungan antaragama yang diwarnai kebencian dan kecurigaan, munculnya berita tentang vaksinasi Covid-19 untuk tokoh lintas agama menjadi sangat penting.
Memang Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Agama melaksanakan vaksinasi Covid-19 bagi tokoh berbagai agama yang bertempat di masjid Istiqlal ini memang baru terjadi Februari kemarin ya. Pemberian vaksin yang dilaksanakan selama empat hari ini menargetkan sebanyak 5000 orang yang terdiri dari seluruh tokoh lintas agama di Jakarta.
Vaksinasi yang dilakukan di masjid Istiqlal menargetkan 1.100 sampai 1.200 orang setiap harinya. Kegiatan ini terselenggara dengan kerja sama Kemenkes, Kemenag, rumah sakit vertikal Kemenkes, kemudian dari tenaga kesehatan TNI-Polri, juga dari rumah sakit keagamaan NU dan Muhammadiyah.
Pelaksanaan vaksinasi di masjid Istiqlal bagi tokoh lintas agama ini merupakan pilot project yang akan segera direplikasi di tempat lain, akan segera ditiru dan dilaksanakan di tempat lain di seluruh Indonesia.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan, bahwa tokoh agama diprioritaskan mengingat tugas dan fungsinya di Indonesia adalah sebagai pemuka agama yang langsung behadapan dengan masyarakat, dan memang secara kebetulan juga sebagian dari mereka itu ya lansia, makanya didahulukan. Menkes berharap dengan divaksinnya tokoh lintas agama tadi itu bisa menjadi teladan bagi masyarakat untuk melakukan vaksinasi dan menyukseskan program vaksinasi yang sudah gencar dilaksanakan oleh Pemerintah.
Bagaimana tanggapan Imam Besar Masjid Istiqlal? Prof KH. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal justru mengaku bangga dan bahagia dengan kegiatan ini, karena itu menunjukkan bahwa Masjid Istiqlal dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat lintas agama. Bukan hanya umat Islam, tapi semua umat beragama datang ke masjid ini untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Ini membuktikan Masjid Istiqlal bukan hanya untuk umat Islam, tapi juga untuk segenap bangsa Indonesia.
Bagi saya pribadi kegiatan ini membawa sejumlah pesan positif.
Pertama, ini menandakan tekad pemerintah untuk mengatasi pandemi dengan melampaui sekat-sekat aqidah, sekat-sekat keyakinan agama. Pandemi adalah soal kemanusiaan universal yang akan lebih mudah diatasi kalau polarisasi dan politik identitas tidak diberi tempat. Ga perlu ada pertanyaan, “agamamu apa” untuk menolong orang lain, untuk membantu orang lain dari pandemi.
Mengutip quote Gus Dur yang terkenal, “Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”.
Pesan positif yang lain, kerja sama lintas agama untuk mengatasi pandemi melalui vaksinasi Covid-19 terhadap tokoh lintas agama tadi adalah upaya bersama, upaya lintas agama untuk menciptakan kemaslahatan buat masyarakat. Bagi saya ini sebenarnya merupakan miniatur keindonesiaan, miniatur ide mengenai Indonesia. Kita tahu keindonesiaan kan sebenarnya didirikan untuk menciptakan kemaslahatan bersama dan itu mengundang partisipasi dari kalangan lintas agama. Tidak peduli dari agama mana pun.
Dan dari perspektif Islam, kerja sama lintas agama demi menciptakan kemaslahatan bersama ini mungkin bisa dianalogikan dengan Hilful Fudhul, ikrar untuk kemuliaan.
Di sini saya jadi teringat keterlibatan Rasulullah SAW pada masa pra kenabian dalam sebuah peristiwa bernama Hilful Fudhul yaitu ikrar aliansi antarsejumlah kepala suku Quraisy untuk menegakkan keadilan dan melindungi yang lemah dari kesewenangan.
Meski Hilful Fudhul terjadi pada masa pra Islam, Nabi Muhammad tetap mengingatnya sebagai sebuah keutamaan. Kata Nabi ketika berada di Madinah: “Aku turut serta sebagai saksi dalam ikrar (hilful fudhul) di rumah Abdullah bin Jud’am”. Salah seorang warga Makah zaman itu. Kata Nabi, “Betapa senang hatiku menyaksikannya. Seandainya sekarang aku diajak mengadakan ikrar seperti itu lagi, pasti aku sambut dengan baik.”
Dalam konteks yang lain, dalam konteks yang lebih terkait dengan kita, ikrar kebangsaan kita yang multi etnis dan multi agama, memang punya kemiripan dengan Hilful Fudhul. Nasionalisme Indonesia adalah fakta yang bersifat lintas suku dan agama yang tujuannya bukan hanya untuk mengusir penjajah, atau tujuannya bukan hanya untuk menghilangkan kemudharatan, melainkan juga untuk menciptakan kemaslahatan, mencapai kebaikan bersama, seperti memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tercantum dalam konstitusi kita.
Dengan kata lain, kebangsaan kita adalah ikrar keutamaan lintas agama untuk menciptakan kemaslahatan bersama. Bagi saya ini semacam Hilful Fudhul kekinian.
Kembali ke soal vaksinasi Covid-19 untuk tokoh lintas agama di masjid Istiqlal yang mendapatkan perhatian dari Vatikan tersebut, jadi ini menurut saya adalah kabar baik tentang hubungan antarumat beragama di negeri ini yang memang layak untuk diamplifikasi dan disebarluaskan. Masjid Istiqlal telah menunjukkan teladan yang baik, menjadi ajang persatuan umat beragama, tidak hanya umat Islam, umat lintas agama, untuk bersama-sama melenyapkan kemudharatan yakni pandemi, dan menciptakan kemaslahatan bersama.