Jumpa lagi kisanak…
Menyambut idul fitri kali ini, kami segenap crew Channel 17, tidak mengucapkan permintaan maaf kepada kisanak semua. Sebab kami yakin, kisanak orang baik. Tanpa diminta, sudah memaafkan kami duluan
Kisanak,
Biasanya woro-woro hantu PKI diramaikan pada akhir September atau awal Oktober. Tapi kali ini berbeda, kisanak. Baru juga bulan Mei, isu PKI sudah ramai di media social.
Bukan hanya itu, tender demo PKI juga mulai jauh-jauh hari. Tumben, pemirsa, ada demo PKI di bulan Mei. Mungkin yang demo sudah kebelet, gak sabar menunggu September. Atau barangkali bohirnya yang libido politiknya sudah ereksi, melihat kondisi masyarakat yang sedang resah akibat Covid19 ini.
Dalam demonstrasi tentang PKI, biasanya demonstran membawa bendera palu arit lalu dibakar. Nanti saat demo lain, membawa bendera itu lagi, lalu dibakar. Begitupun kemarin, demo membawa bendera PKI, lalu di bakar.
Stok benderanya banyak banget, ya? Dulu saat PKI masih eksis, gak punya stok bendera sebanyak itu.
Di media social, yang meramaikan isu PKI orangnya itu-itu juga. Jika bukan Haikal Hasan, paling banter Tengku Zulkarnain. Sedangkan pada Mei ini akun putera bekas dictator di Indonesia juga turun langsung ke gelanggang. Tumben.
Agak mengherankan, kisanak. PKI di Indonesia sudah bubar 54 tahun lalu. Tapi sampai sekarang masih saja diseret-seret untuk menakut-nakuti orang. Seperti orang mati yang sudah lama dimakamkan, arwahnya dipanggil lagi buat pesugihan.
Kisanak oh, kisanak
Jika kita perhatikan, para pemain isu PKI ini memang mirip kisah dalam film kartun Scooby Doo. Di film itu, biasanya ada penjahat yang menebar ketakutan kepada masyarakat. Mereka membuat hantu jadi-jadian agar orang ketakutan.
Dari ketakutan orang itulah mereka akan mendapatkan keuntungan. Meski pada akhir cerita, penjahatnya pasti tertangkap.
Nah, isu PKI ini mirip hantu dalam film Scooby Doo. Disebarkan untuk menakut-nakuti rakyat untuk mendapat keuntungan. Yang pasti, keuntungan politik. Apalagi disebar saat rakyat dan pemerintah sedang susah menghadapi Covid19. Mirip mencari lele dalam kubangan lumpur.
Mungkin dulu, di jaman Soeharto, cara itu efektif untuk mempertahankan kekuasaan otoriternya selama 32 tahun. Tapi kini zaman sudah berubah. Unyil saja sekarang sudah memakai laptop. Siapa juga yang mau dengarkan ocehan mengenai PKI.
Kisanak,
Mereka yang meneriakkan hantu PKI biasanya para vokalis PKI ini juga adalah pengagum Orde Baru.
Mereka selalu menyebar isu, bahwa enakan hidup zaman Orde Baru. Sekolah gak bayar. Rumah sakit gak bayar
.
Jelas saja kisanak. Pada 30 atau 40 tahun lalu itu, mereka yang ngomong begitu memang tidak bayaran sekolah. Tidak membayar Rumah sakit. Yang harus membayar adalah bapaknya. Kan, mereka masih kecil.
Jadi isu PKI itu dihembuskan bersamaan dengan menaikan pamor Orde Baru yang dulu ditumbangkan rakyat Indonesia.
Kisanak,
Mereka memang selalu berhalusinasi. Teriak PKI, tapi dimana PKI-nya, siapa orangnya, dimana kantornya, gak pernah bisa ditunjukan.
Halusinasi seperti juga sempat melanda istri Bahar Smith. Criminal yang dipenjara karena menganiaya anak kecil ini, kemarin terpaksa ditangkap lagi karena melanggar pembebasan bersyarat.
Menurut istrinya, kisah penangkapan Bahar itu, mirip penangkapan para jenderal pada film.
Aneh pemirsa, perempuan itu menyamakan bahar Smith dengan pahlawan revolusi kita. Mana ada pahlawan revolusi yang rambutnya dicat pirang gondrong seperti Megaloman?
Lagi pula, Bahar dipenjara dalam kasus kriminal. Gak ada sangkut pautnya sama agama dan politik sama sekali.
Para menyebar isu PKI ini memang serasa hidup di masa lalu. Mungkin juga mau membangkitkan kekuasaan otoriter yang sudah luluh lantak ditumbangkan rakyat.
Kisanak,
Ada pepatah yang kita kenal sejak dulu :
Ini Budi. Ini Bapak Budi. Ini Tomi. Dan ini bapak Tomi.
Suatu hari Tomi makan ikan dekat kucingnya. Kucingnya berkata : bagi dong, Tom…
Anda sedang berada di channel paling update seangkasa raya
Lemesin aja, Kamerad…