Jumpa lagi sahabat Cokro TV. Masih seputar virus korona atau coronavirus yang tampaknya kian hari kian hebat menjelajah keluar China. Oleh karena itulah, World Health Organization (WHO) telah mendeklarasikan wabah coronavirus COVID-19 yang menyebar sangat cepat sebagai pandemik global pada 11 Maret lalu. Sudah 157 negara (80 persen) dari 195 negara di dunia terjangkit virus baru ini.
China sejauh ini berhasil meredam penyebaran coronavirus. Jumlah penderita baru berhasil ditekan hanya belasan orang saja. China juga berhasil menekan jumlah kematian setiap hari dari ratusan selama kurun waktu 10-23 Februari menjadi sekitar 7-13 orang saja pada periode 11-14 Maret.
Dari 80.860 orang yang pernah terjangkit di China, 67.758 di antaranya telah sembuh. Dikurangi yang meninggal dunia sebanyak 3.213 orang, kini jumlah pasien yang terinfeksi tinggal 9.889 orang, terdiri dari 6.663 orang (67 persen) dalam kondisi ringan dan 3.226 orang (33 persen) dalam kondisi serius atau kritis. Data ini per 16 Maret pk.13:45 WIB.
Sebaliknya, penyebaran meningkat pesat di luar China, terutama di Eropa yang menurut WHO telah menjadi episentrum pandemik. Sejak 15 Maret, jumlah yang terjangkit dan meninggal dunia di luar China telah melampaui yang terjadi di China.
Jumlah kematian dalam empat hari terakhir mengalami lonjakan. Dari hanya 73 orang pada 1 Maret menjadi 228 orang pada 8 Maret, lalu meningkat nyaris dua kali lipat menjadi 448 orang pada 13 Maret, dan mencapai angka tertinggi sebanyak 686 orang pada 15 Maret.
Sejauh ini, korban meninggal terbanyak di luar China adalah Italia (1.809), Iran (724), Spanyol (294), Prancis (127), Korea Selatan (75), dan Amerika Serikat (69). Data per 16 Maret pk.13:50 WIB.
Saatnya seluruh negara berkolaborasi untuk mengatasi coronavirus, satu sama lain berbagi informasi serta belajar dari keberhasilan dan kegagalan. China sudah terbukti dalam waktu yang relatif cepat bisa menjinakkan virus ini. Pengalaman banyak negara lain juga meyakinkan kita bahwa membuka diri dapat mempermudah penanganan. Kita berharap kasus aktif dan yang berstatus serius/kritis bisa segera ditekan semaksimal mungkin.
Siapa pun bisa terjangkit virus ini, tak peduli ras, suku, bangsa, agama, perbedaan musim, maupun status/jabatan, mulai dari rakyat biasa, menteri, anggota parlemen, isteri perdana menteri.
Namun, siapa pun yang terjangkit, insya Allah bisa sembuh dan kemungkinan sembuhnya cukup tinggi. Yang perlu lebih waspada adalah orang berusia lanjut dan yang memiliki pre-existing condition atau penyakit bawaan. Semakin tua yang terjangkit, kemungkinan meninggal dunia lebih tinggi. Yang mengidap penyakit kardiovaskuler jika terjangkit coronavirus kemungkinan meninggalnya lebih tinggi pula. Menyusul kemudian yang mengidap diabetes, penyakit gangguan pernafasan kronis, tekanan darah tinggi, dan kanker.
Bagaimana Kita Menyikapinya?
Sejauh ini pengidap coronavirus di Indonesia masih relatif sedikit, jauh lebih rendah ketimbang negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Boleh jadi lebih banyak yang belum terdeteksi. Untuk itu, tak ada jalan lain kecuali lebih meningkatkan kewaspadaan. Penetapan keadaan darurat perlu secepatnya diputuskan sebelum wabah kian meluas.
Pertama, belajar dari kasus negara lain.
Di Eropa, Italia dan Spanyol adalah negara yang paling banyak terjangkit dan menelan korban jiwa. Sementara itu, Jerman dan Swedia sudah ribuan warganya yang terjangkit, namun jumlah kematian sangat rendah, masing-masing 11 orang dan 3 orang. Dari yang berstatus masih kasus aktif (Jerman sebanyak 5.813 orang dan Swedia 1.040 orang), yang dalam keadaan kritis masing-masing hanya dua orang.
Negara tetangga dekat kita, Malaysia dan Singapura masing-masing telah terjangkit sebanyak 428 orang dan 226 orang, namun tidak seorang pun yang meninggal dunia. Demikian juga dengan Israel, Saudi Arabia, dan Bahrain (Asia); Portugal, Finlandia, dan Islandia (Eropa); Brazil (Amerika Selatan) yang jumlah penderitanya ratusan namun belum satu orang pun terenggut jiwanya. Belajarlah dari kisah kegagalan dan keberhasilan negara-negara lain.
Kedua, Ibarat menghadapi perang, harus ada satu komando. Komandan harus kredibel dan kompeten agar diikuti seluruh jajaran di bawahnya. Mengingat musuh yang dihadapi adalah “hantu” virus yang tak kelihatan kasat mata, komandan harus jeli dan memiliki pengetahuan khusus yang mendalam tentang musuh yang dihadapi dan dibantu oleh tenaga inti yang mengetahui seluk-beluk kekuatan dan kelemahan musuh.
Kumpulkanlah para dokter spesialis ahli virus atau penyakit menular, ahli biologi terutama mikrobiologi, ahli farmasi, dan ahli kesehatan masyarakat paling terkemuka di negeri ini. Pilih salah satu dari mereka sebagai komandan.
Bisa juga komandan adalah sosok yang telah teruji membuktikan kepemimpinan yang mumpuni dalam menyelesaikan masalah besar, yang mampu mengoordinasikan segenap jajaran yang multisektoral dan multidisiplin, dan yang berhasil memobilisasikan segenap potensi bangsa. Komandan jenis ini dibantu oleh tim inti sebagaimana telah diutarakan tadi dan memperoleh kewenangan luas untuk mencairkan ego sektoral.
Kita berharap Presiden merevisi total desain dua tim khusus yang telah dibentuk, yaitu Satgas dan Tim Reaksi Cepat dan Penanggulangan Coronavirus. Sebaiknya hanya ada satu tim saja yang langsung di bawah Presiden.
Seluruh kebijakan dan langkah-langkah strategis berasal dari unit atau tim ini. Unit atau tim ini secepat mungkin merekrut tenaga profesional terbaik yang ada di negeri ini.
Apa pun status yang ditetapkan, apakah keadaan darurat atau keadaan luar biasa, yang penting tim ini bisa keluar dari belenggu birokrasi dan gaya koordinasi dalam keadaan normal.
Dengan begitu, diharapkan pula seluruh jajaran di daerah (provinsi dan kabupaten/kota) tunduk kepada garis komando tim/unit tunggal di bawah Presiden ini.
Tentara, polisi, menteri, birokrasi, aparat di daerah seluruhnya merupakan unsur pendukung.
Tim juga menyusun langkah-langkah untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat demi untuk membatasi penyebaran wabah.
Setiap hari Tim memutakhirkan data yang terinci dan akurat. Di alam keterbukaan, informasi yang kredibel adalah salah satu kunci keberhasilan mengatasi desas-desus dan kesimpangsiuran.
Jika setiap hari masyarakat memperoleh informasi tentang kemajuan dalam memerangi coronavirus, maka akan terjaga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan segala langkah yang ditempuhnya.
Dalam keadaan luar biasa yang membutuhkan kebersamaan, agaknya amat bijaksana jika setiap kebijakan yang berpotensi besar memicu ketegangan baru atau memecah belah berbagai elemen bangsa dikesampingkan dulu. Langkah nyata segera adalah menarik kembali rancangan undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja.
Bersama kita bisa.