Ada berita yang kurang menggembirakan namun apapun masalah yang kita hadapi, mudah-mudahan kita bisa menghadapinya dan mengatasinya.
Wabah coronavirus atau resminya dinamakan COVID-19 oleh WHO terus menjelajah ke seluruh penjuru dunia. Jejaknya telah hadir di setiap benua kecuali Antartika. Hingga Senin siang (9/3), lebih dari 110 ribu jiwa di 10 negara telah terjangkit virus yang asal muasalnya dari Wuhan, China.
Coronavirus jauh lebih dahsyat dari SARS yang mewabah pada 2002-2003. Dampaknya terhadap perekonomian dunia juga demikian. Perekonomian China dalam kancah dunia pada tahun 2003 belum seberapa. Sekarang China sudah menjelma sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Kecepatan penularan kini telah bergeser dari China ke luar China. Lebih dari seperempat yang pernah dan masih terjangkit berada di luar China, terbanyak di Italia. Selain terbanyak, Italia juga menjadi negara yang tercepat penambahan penderitanya dan terbanyak jumlah kematiannya di luar China. Di Asia, Iran terbanyak merenggut nyawa dan tercepat penambahan korban tertular.
Sejauh ini tak ada yang bisa memperkirakan berapa banyak lagi negara yang bakal dijamah coronavirus dan hingga kapan bakal mereda atau menyingkir dari muka bumi. Obat mujarabnya pun belum tersedia.
Sampai Senin (9/3), berdasarkan pengumuman resmi pemerintah, korban yang positif terjangkit coronavirus di Indonesia hanya enam orang. Cara pemerintah menangani wabah coronavirus sangat buruk. Setiap pejabat tinggi seenaknya mengeluarkan komentar dan kebijakan. Sudah saatnya Presiden sebagai commander in chief menertibkan dengan keras jajaran di bawahnya. Karena, yang sedang kita hadapi mirip dengan perang.
Segala daya upaya harus mengutamakan agar penularan tidak meluas. Celah sekecil apa pun harus ditutup, kemungkinan munculnya cluster baru harus diantisipasi dan segera diisolasi agar terkendali dan tidak meluas.
Anggaran harus diprioritaskan bagi pengadaan perlengkapan dan alat pendeteksi dini dan pengujian menyeluruh serta penguatan tenaga medis yang cakap serta penyediaan informasi yang lebih rinci dan akurat. Semua itu bertujuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah mampu mengendalikan wabah coronavirus, sehingga tidak menimbulkan kepanikan.
Strong public health response adalah kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan kredibilitas pemerintah.
Jangan buat kebijakan yang justru berpotensi meningkatkan penyebaran virus. Jangan mengambil langkah tanpa pemahaman mendalam atas peta persoalan dan tanpa berdasarkan data.
Kebijakan pemerintah memberikan diskon tiket pesawat terbang serta pembebasan pajak hotel dan restoran bukanlah kebijakan yang tepat. Tanpa diskon pun tarif tiket pesawat dan hotel sudah dicukur habis-habisan oleh pengusaha. Tanpa dikomandoi pun, mereka sudah banting harga. Oleh karena itu, alihkan saja dana ratusan miliar untuk pengadaan peralatan, perlengkapan, dan pelatihan kilat bagi tenaga medis dan rumah sakit. Dana pengganti untuk daerah dari penghapusan pajak hotel dan restoran bisa dialokasikan untuk memperkokoh kapasitas daerah dalam menghadapi wabah, karena merekalah garda terdepan dalam memerangi coronavirus.
Silakan saja Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, tetapi jangan berharap banyak bakal berdampak signifikan.
Identifikasikanlah kebijakan-kebijakan yang bisa meredam dampak negatif dari gangguan rantai pasokan akibat kesulitan penyediaan bahan baku dan komponen. Jika ada celah mengisinya dari produk lokal, genjotlah! Ini momentum bagus untuk memajukan industri dalam negeri, bahkan untuk mengisi celah pasar ekspor yang ditinggalkan negara-negara lain.
Antisipasilah dengan seksama dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bloomberg menghitung dampak coronavirus terhadap kemerosotan pertumbuhan ekonomi berbagai negara dengan mengedepankan empat skenario. Skenario pertama, yaitu sebatas pukulan besar kepada China dan menyebar ke seluruh dunia. Jadi, epideminya hanya ada di China. Jika ini yang terjadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan sebesar 0,3 persen dari perkiraan baseline, yakni perkiraan tanpa kehadiran coronavirus.
Skenario kedua , yaitu wabah menyebabkan disrupsi yang terlokalisir tidak mencantumkan dampaknya terhadap Indonesia.
Untuk skenario ketiga, yaitu penularan yang menyebar luas, akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terpangkas cukup dalam sebesar 2,8 persen. Jadi, jika kita menggunakan baseline sebesar 5,0 persen untuk pertumbuhan 2020 sebagaimana diprediksi oleh Dana Moneter Internasional (IMF), maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bakal hanya 2,2 persen.
Yang paling suram adalah skenario keempat, yaitu terjadi pandemik global. Jika skenario ini yang terjadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 0,4 persen.
Semua kemungkinan di atas patut diwaspadai. Segala potensi yang berserakan harus segera kita himpun. Singkirkan dulu benih-benih yang berpotensi memecah belah kekuatan Bangsa.
Untuk itu, bekukan dulu rancangan undang-undang Omnibus Law Cipta lapangan Kerja. Singkirkan kalau landasan pijaknya lemah.