GANDENG NETFLIX, NADIEM MENTERI TOP | Dara Nasution

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim baru saja mengumumkan kemitraan dengan Netflix untuk memajukan perfilman Indonesia. Perusahaan tersebut menginvestasikan anggaran sebesar 1 juta dollar AS untuk perfilman Indonesia.

Dalam kerja sama tahap pertama ini, Netflix akan mengadakan pelatihan untuk 15 penulis naskah film Indonesia di Hollywood.

Selain mengadakan pelatihan penulisan naskah film, program kerja sama Netflix dengan Kemdikbud juga meliputi kompetisi film pendek, online safety training program, dan juga agile governance workshop bersama World Economic Forum. Dalam pernyataannya, Pak Menteri Nadiem berharap kerja sama dengan sineas terbaik dunia akan ikut meningkatkan kualitas film Indonesia.

Menurut saya, kita harus mengapresiasi langkah konkret Mendikbud yang menggandeng Netflix untuk bersama-sama menumbuhkan ekosistem perfilman Indonesia. Netflix memang mestinya dilihat sebagai distributor film dengan jangkauan luas yang mampu membantu mengenalkan film-film Indonesia ke lebih banyak penonton, baik di dalam maupun di luar negeri.

Pertumbuhan penonton Neflix itu luar biasa. Berdasarkan data Engadget di akhir 2019, total subscriber Netflix di dunia mencapai 158 juta, dengan 90 persen pertumbuhannya saat ini berasal dari luar AS. Di Indonesia, pada tahun 2019 pelanggan Netflix sekitar 482 ribu akun.

Tahun ini, pelangggan Netflix diprediksi mencapai hampir sejuta, tepatnya 907 ribu pelanggan. Fenomena pertumbuhan Netflix ini, mengutip istilah Bang Ade Armando, adalah sunnatullah. Tidak terbendung.

Bayangkan, film-film box office Indonesia seperti Dilan, NKCTHI, Habibie Ainun, Bumi Manusia, nantinya bisa ditonton oleh 158 juta pengguna Netflix di seluruh dunia!

Kemitraan Kemdikbud dengan Netflix sebagai distributor film Indonesia juga sangat masuk akal mengingat ketersediaan bioskop di Indonesia yang masih terbatas dan terpusat di Pulau Jawa. Ibaratnya kalau kita mau berjualan film Indonesia, bioskop itu adalah warungnya. Tempat di mana kita menjajakan film-film Indonesia.

Masalahnya, 69% bioskop di Indonesia itu letaknya di Pulau Jawa, itupun kebanyakan di ibukota provinsi saja. Pas saya nyaleg di Sumut III kemarin, itu 10 kota/kabupaten dari ujung ke ujung, cuma punya 1 bioskop. Pas saya kecil di Pematangsiantar, kalau mau nonton bioskop mesti naik mobil 3 jam ke Medan. Saya yakin ada banyak penonton Cokro TV yang juga mengalami hal ini.

Dampaknya, film Indonesia hanya rebutan penonton di Pulau Jawa. Padahal, ada potensi pasar yang besar di luar Pulau Jawa yang bisa digarap. Nah, Netflix bisa menjadi warung tambahan untuk memajang film-film Indonesia, sambil juga kita berusaha agar layar bioskop terus ditambah.

Langkah Pak Menteri Nadiem ini bertolak belakang dengan langkah Menkominfo dan KPI. Menkominfo Pak Johny Plate justru memposisikan Netflix sebagai musuh dari karya anak bangsa sehingga film buatan Netflix (Netflix Original) mesti dibatasi demi mendahulukan film Indonesia.

Logika proteksionisme yang takut bersaing semacam ini sudah ketinggalan zaman. Kalau ingin memajukan perfilman Indonesia, harus punya komitmen membangun ekosistemnya, gak bisa main larang-larang saja. Memangnya film yang bagus turun dari langit?

Negara-negara yang industri filmnya kuat seperti Amerika dan Korea itu, bisa maju karena didukung oleh pemerintah. Salah satu caranya, pemerintah bisa bekerja sama pemerintah dengan pihak swasta seperti yang ditempuh dengan Netflix ini.

Kalau KPI, justru ingin menggunakan pendekatan sensor untuk mengawasi konten-konten Netflix. Alasannya, agar aman bagi penonton anak-anak. Logika “children-in-the-audience” atau demi kepentingan anak seringkali dijadikan alasan merasionalisasi regulasi media.

Sayangnya, perspektif ini mengabaikan peran orang dewasa yg mestinya bertanggung jawab memfilter apa yg ditonton anak. Bukan tugas pemerintah untuk menjadi ‘surrogate parent’ atau orangtua pengganti bagi anak. Ketika orangtua mengambil keputusan untuk berlangganan Netflix, artinya orangtua mesti bertanggung jawab mengawasi apa yang ditonton anak. Kalo semuanya main sensor-sensor, kreativitas bakal sulit tumbuh, mylov!

Jadi, sekali lagi saya ingin mengapresiasi langkah Pak Menteri Nadiem yang telah melakukan langkah konkret untuk memajukan film Indonesia. Semoga semakin banyak gebrakan Pak Nadiem yang kita lihat ke depannya.

Oh ya, kalo teman-teman nonton Netflix, rekomendasiin dong film apa yang bagus buat ditonton di kolom komentar!

Sampai jumpa di Ruang Dara berikutnya!

 

 

Komentar