Kebaya, Perlawanan Lewat Budaya

Senang saya timeline beberapa minggu ini tiba-tiba bersliweran emak-emak cantik dengan memakai kebaya warni warni..

Bukannya saya mata keranjang, tapi saya seperti melihat warna Indonesia lagi. Sesudah sekian lama mata sepet liat teman-teman upload foto wanita bergamis sebagai trend fashion saat ini yang dulu dipicu oleh sinetron penuh tangisan karena wanita selalu digambarkan dalam posisi lemah dan dizolimi.

Apalagi ditambah upload foto foto wanita bercadar panjang dari ujung rambut menutup seluruh muka sampai bawah. Dan kakinya gak jelas napak tanah atau melayang ke atas. Udah gitu warnanya semua sama, hitam seragam.

Entah sejak kapan budaya arab masuk kesini dipakai sebagai aksesoris bagian dari keagamaan, dan tiba-tiba muncul sebagai sebuah revolusi berpakaian. Agama Islam memang berasal dari tanah arab, tetapi itu berada pada tataran keilmuannya, bukan pada budaya berpakaian.

Jika memang budaya berpakaian di timur tengah menjadi wajib dalam agama Islam, tentu dulu Wali Songo saat menyebarkan agama sudah mewajibkan semua muslimah harus memakai baju gamis panjang menutup seluruh badan dan bukannya membiarkan mereka dengan budaya berpakaiannya yang sudah ada.

Tapi itu kebebasan berekspresi dalam keyakinannya masing-masing. Tidak ada yang bisa melarang karena pengetahuan orang juga berjenjang.

Hanya ketika budaya berpakaian yang berasal dari arab itu seperti dipaksakan menjadi bagian dari pakaian nasional Indonesia, saya jelas heran. Lha, darimana sejarahnya, sedangkan dulu saja pahlawan wanita kita pakaiannya sesuai budaya daerahnya..

Contoh pemaksaan budaya arab dalam pemakaian baju nasional, itu waktu tahun 2018 lalu ada pawai anak2 TK di Ponorogo. Ingat kan ?

Biasanya kita dulu setiap 17 Agustus pawai dengan pakaian daerah yang kaya warna mulai dari ujung barat sampai Timur Indonesia. Eh, pas pawai di Ponorogo itu tiba-tiba muncul anak-anak TK yang wanita berpakaian cadar hitam panjang sambil pegang senjata. Darimana lagi dapat ide yang tidak jelas asal usul sejarahnya itu ?

Nah, waktu mulai ada gerakan menjadikan kebaya sebagai pakaian sehari-hari, saya kok senang ya.

Seperti ada perlawanan terhadap masalah yang semakin lama semakin meresahkan. Ada kegelisahan yang sama dan mulai bangkit untuk menjaga budaya kita jangan sampai hilang digantikan budaya orang. Padahal kita bertahan itu karena budaya kita. Budaya itu sejarah. Dia bercerita asal usul kita sehingga kita belajar banyak hal dari sana.

Orang bilang, salah satu cara menghancurkan satu bangsa, hancurkan saja sejarahnya. Jika sejarah mereka hilang, punah pula budayanya. Dan kita akan menjadi bangsa tanpa identitas yang mudah dijajah dan dibenturkan karena tidak punya pegangan. Itulah pedoman kolonial saat masuk ke Nusantara.

Komunitas kebaya nasional sekarang ini tumbuh dimana-mana, terutama di kota besar. Para emak-emak yang sadar kamera ini, muncul dan memamerkan sejarah kita dalam bentuk pakaian.

Menarik sekali, karena pemakaian kebaya diharapkan kelak bisa menjadi pakaian sehari-hari bukan hanya jadi kostum di kantor pemerintahan saat hari tertentu saja.

Dan seharusnya ini juga didukung oleh industri. Mulai desainer sampai pembuat film harus punya tanggung jawab untuk mempopulerkan kebaya ini. Kebaya harus bisa menjadi trendsetter dengan rancangan yang lebih fleksibel untuk dipakai sehari-hari. Dan juga mewah untuk dipakai acara resmi.

Seperti batik yang berhasil menjadi identitas bangsa kita sekarang ini.

Untung batik bisa kita pertahankan, karena kalau sampai kalah oleh pakaian layaknya tentara Afghanistan, kita bisa kehilangan jati diri. Masak pas saya ketemu orang luar, terus liat saya pakai gamis putih panjang, mereka bisa bisa gak tahu kalau saya dari Indonesia. Dikira saya mujahidin habis perang gerilya.

Bisa jadi para emak berkebaya ini melakukan perlawanan terhadap radikalisme dengan budaya.

Mereka tidak ingin kehilangan warna warna kebhinekaan. Mereka ingin hidup tanpa terlihat bahwa si A Islam, si B hindu, si C Kristen.. Tapi mereka sama sebagai anak bangsa yang mencintai Indonesia dalam budayanya.

Dan jangan sampai semangat ini hilang. Pemerintah harus mulai mendorong perlawanan ini supaya bisa menjadi antivirus melawan radikalisme yang sudah merajalela. Bangun kecintaan memakai kebaya dan pakaian daerah sebagai pakaian sehari hari kita.

Emak-emak berkebaya, saya angkat secangkir kopi ya.

Komentar