Akhirnya patung bambu di Jalan Thamrin itu dibongkar. Prosesi pembongkarannya diiringi tangisan sedih seluruh warga Jakarta. Mereka seperti tidak ikhlas, satu-satunya hasil kerja Gubernurnya harus dimusnahkan.
Patung itu memang jadi monumen bahwa Jakarta punya masih Gubernur. Kalau orang Jakarta bertemu penduduk wilayah lain, biasanya mereka minder.
“Kamu orang Jakarta? Emang Jakarta punya Gubernur?”
“Punya.”
“Apa buktinya?”
“Tuh, patung bambu di dekat HI. Itulah hasil kerja Gubernur kami.”
Sekarang warga Jakarta bingung kalau ditanya, “Kamu punya Gubernur? Buktinya apa?”
Mereka mingkem. Apa yang bisa membuktikan bahwa Jakarta punya Gubernur, sekarang?
Tanah Abang yang tadinya sudah tertata, kini amburadul lagi. Satpol PP kabur dikejar preman. Hukum mandul disana.
Saat menjelang Asian Games, ada kali warnanya item. Baunya gak ketulungan. Seandainya Jakarta punya Gubernur, mungkin dia akan memerintahkan stafnya mengurus polusi di sepanjang kali agar gak bau. Bisa lebih jernih. Dan atlet luar negeri gak mual menciumnya.
Tapi, karena gak ada komando yang jelas, akhirnya kali item hanya ditutup kain berjaring hitam. Katanya agar baunya gak naik.
Itulah akibatnya kalau Jakarta gak punya Gubernur. Gak ada yang ngurusin sampah dan pencemaran kali.
Dulu warga Jakarta gampang memgadu pada Gubernurnya. Mereka bisa datang ke Balaikota. Mengadukan masalahnya. Tapi sekarang mau ngadu sama siapa?
Gubernur terdahulu juga membangun simpang susun semangi. Membangun banyak RPTRA. Membangun rusun murah.
Dulu ada Gubernur Ali Sadikin. Tahun 1970an, Bang Ali melarang becak beroperasi di Jakarta. Kota metropolitan ini harus punya angkutan umum yang lebih manusiawi. Kini becak diberi ruang lagi beroperasi. Yah, namanya juga gak punya pemimpin. Wajar kalau gak ada yang ngurus.
Sekarang setelah patung yang menghabiskan duit Rp550 juta kini harus dibongkar, apalagi bukti bahwa Jakarta punya Gubernur. Rakyat Jakarta sedih.
Itulah yang membuat warga sedih. Mereka gak akan bisa mengangkat wajahnya apabila bertemu dengan warga provinsi lain. Mau ngomong apa?
Maka malam tadi, pembongkaran patung bambu diiringi tangisan warga yang nenyayat hati.
“Kenapa dibongkar, pak. Padahal itulah satu-satunya yang bisa dihasilkan Gubernur kami,” begitu isak warga.
“Tenang. Masih ada karya lainnya, mas,” ujar Abu Kumkum.
“Apa Kum?”
“Pak Anies pernah meresmikan gardu listrik, kan?”